Sabtu, 17 Juli 2010

Argumen - Skandal Kontemporer (Anti Intelektualisme)

Analisis Kristen yang paling menyeluruh mengenai situasi intelektual bagi kaum Injili Amerika modern datang dari sumber yang tidak terduga. Charles Malik, seorang diplomat Lebanon, sarjana dan seorang Kristen Ortodoks Timur, diundang pada tahun 1980 untuk membuka Billy Graham Center di Wheaton College dengan sebuah pidato. Tidak banyak diantara orang-orang yang hadir pada hari itu yang siap untuk menerima  kebijaksanaan yang tajam dari kata sambutan Malik. Saya sendiri hadir disana, tetapi pada saat itu saya hampir-hampir tidak menyadari bahwa studi panjang yang dilakukan selama satu dekade atau lebih akan menggerakkan saya untuk memperkuat dengan argumen historis yang terputus-putus, apa yang oleh Malik telah sampaikan secara singkat dan padat sebagai manifesto seorang intelektual Kristen kepada teman-teman seimannya. Pidato Malik tersebut kuat karena lebih terfokus langsung kepada pertanyaan mengenai akhir daripada pertanyaa mengenai cara. Dengan kelembutan dan kebesaran hati, tetapi juga dengan keberanian yang besar, Malik secara langsung membawa kita, kaum Injili, kedalam pengamatan yang mengejutkan itu. Pertama, dia menjabarkan apa yang menjadi masalah di universitas modern : "Pada inti dari semua masalah yang dihadapi peradaban Barat - keresahan dan kegelisahan yang umum, kurangnya anugerah dan keindahan, ketenangan dan kedamaian jiwa, berbagai cacat dan penyimpangan karakter personal  ; permasalahan keluarga dan hubungan-hubungan sosial secara umum, masalah ekonomi dan politik, masalah media, masalah yang mempengaruhi sekolah dan gereja itu sendiri, masalah dalam tatanan internasional - pada inti dari krisis didalam peradaban Barat terdapat kondisi akal budi dan semangat dari universitas-universitas." Malik melanjutkan dengan menyarankan bahwa karena dilema kehidupan modern adalah dilema intelektual dari jenis yang seharusnya dieksplorasi oleh universitas, maka penting bagi orang Kristen untuk menyadari besarnya tugas intelektual mereka - " Masalahnya bukan hanya untuk memenangkan jiwa, tetapi juga untuk memenangkan akal budi. Jika anda memenangkan seluruh bumi tetapi kehilangan akal budi dunia, maka Anda akan segera menemukan bahwa Anda tidak memenangkan dunia. Sesungguhnya Anda telah kehilangan dunia." 

Tetapi kemudian Malik beralih kepada kontribusi kaum Injili. Dia bukannya tidak menghargai usaha intelektual yang dilakukan oleh sejumlah orang Injili, tetapi kata-katanya menjelaskan natur dari tantangan intelektual dengan kekuatan yang tidak biasa :

Bahaya terbesar yang menyerang KeKristenan Injili Amerika adalah bahaya anti-intelektualisme. Jangkauan terluas dan terdalam dari akal budi tidak mendapatkan cukup perhatian. Jangkauan ini tidak dapat terjadi tanpa menggeluti selama periode beberapa tahun didalam sejarah pemikiran dan semangat. Orang tergesa-gesa keluar dari universitas dan mulai mencari uang atau melayani gereja atau memberitakan Injil. Mereka tidak tahu betapa tidak terhingganya nilai dari menghabiskan beberapa tahun yang menyenangkan untuk berinteraksi dengan para pemikir terbesar dari masa lalu, dan dengan demikian mematangkan dan menajamkan serta memperluas kemampuan berpikir mereka. Hasilnya adalah arena berpikir kreatif dikosongkan dan diberikan kepada musuh. Siapakah diantara kaum Injili yang dapat berdiri dengan bidang kesarjanaan dan penelitian mereka sendiri untuk menghadapi ilmuwan sekuler atau naturalis atau atheis yang besar ? Siapakah diantara sarjana-sarjana Injili yang dikutip sebagai sumber normatif oleh otoritas sekuler terbesar terbesar dalam bidang sejarah atau filsafat atau psikologi atau sosiologi atau politik ? Apakah modus berpikir Anda memiliki kesempatan terkecil untuk menjadi modus berpikir yang dominan di universitas-universitas besar di Eropa dan Amerika yang menandai keseluruhan peradaban Anda dengan semangat dan gagasan mereka sendiri ?

Diperlukan suatu semangat yang sama sekali berbeda untuk mengatasi bahaya anti intelektualisme ini. Meskipun anda sekarang mulai dengan program intensif pada bidang ini atau lainnya, dibutuhkan sedikitnya satu abad sebelum Anda dapat menyusul Harvard dan Tuebingens dan Sorbonnes, pikirkanlah dimana universitas-universitas ini pada saat itu! Demi keefektifan yang lebih besar dalam bersaksi kepada Yesus Kristus sendiri, dan juga demi kepentingan mereka sendiri, orang-orang Injili tidak sanggup untuk terus dipinggiran eksistensi intelektual yang bertanggung jawab.


Buku ini adalah sebuah catatan kaki historis yang mendukung kata-kata bijaksana Malik. Ini dilakukan dengan keyakinan bahwa Malik sangat tepat - ketaatan kepada Yesus Kristus menuntut dari orang-orang Injili suatu eksistensi intelektual yang lebih bertanggung jawab daripada yang telah kita praktikkan di sebagian besar sejarah kita.

Source : Skandal pemikiran Injili (Mark A.Noll, Penerbit Momentum), hal 28 - 30.

2 komentar:

  1. Artikel yang sangat bagus....
    Memang sudah saatnya tampil pemikir-pemikir Kristen, apalagi di tengah munculnya banyak ajaran-ajaran sesat dan menyimpang menjelang akhir zaman ini....
    Apalagi di Indonesia, di mana kebanyakan kaum muslim menganggap Kristen adalah agama yang bodoh dan tidak pantas dipertimbangkan secara intelektual....

    BalasHapus
  2. Thanks untuk commentnya bro...
    Mari kita maju bersama didalam Tuhan, baik didalam hal intelektual maupun kerohanian dan mari kita optimalisasi setiap aspek yang telah Tuhan percayakan didalam hidup kita untuk kemuliaan namaNya.

    Soli Deo Gloria

    BalasHapus