Rabu, 21 Juli 2010

Hamba Tuhan dan keluarganya : Hamba-hamba Tuhan dan Keluarganya, Dewakah Mereka ??

Oleh : Pdt. Ir. Andi Halim, S.Th

PENILAIAN YANG SALAH

Kehidupan Imam Eli dan keluarganya adalah salah satu contoh yang sangat realistis dan tepat dalam setiap zaman, termasuk pada zaman dimana kita hidup sekarang ini. Eli adalah seorang hamba Tuhan, Imam yang melayani di Bait Suci Tuhan.

Sebenarnya setiap orang Kristen adalah hamba Tuhan (Roma 6:22), namun dalam topik kali ini, yang dimaksud hamba Tuhan adalah seseorang yang secara khusus terpanggil sebagai full (part) timer dalam bidang pelayanan kerohanian didalam suatu lembaga pelayanan gereja atau parachurch (misalkan pendeta atau penginjil).

Seringkali secara umum jemaat memandang hamba Tuhan sebagai suatu contoh atau pola teladan kehidupan yang ideal, yang sempurna, baik dalam kehidupan secara pribadi, dalam pelayanan dan termasuk pula dalam keluarganya.

Bila suatu saat, oleh salah satu badan intelejen tercanggih yang ada diatara jemaat, terbongkar suatu rahasia, bahwa ada seorang hamba Tuhan yang mempunyai kejelekan, kelemahan, kekurangan apalagi dosa-dosa tertentu, baik yang dilakukan secara pribadi, atau dari pihak keluarganya, maka hamba Tuhan ini akan seperti babi yang dicincang, diadili, dan dihakimi oleh jemaat-jemaatnya sebelum ia dipanggang.

Namun ada pula reaksi lain dari sebagian jemaat yang hatinya terlalu lembut. Mereka tidak sanggup secara kanibal memanggang habis hamba Tuhan tersebut, namun sempat mengalami kekecewaan (stress) yang sangat mendalam, dan imannya rontok gara-gara perbuatan hamba Tuhan yang pernah dibanggakannya itu. Ia tidak lagi mau kegereja, berdoa dan melayani. Jadi boleh dikata, secara matematik, imam adalah FUNGSI dari PERBUATAN hamba Tuhan? Lagi-lagi hamba Tuhan yang dipersalahkan. Kasihan memang menjadi hamba Tuhan itu. Ia dianggap bukan seperti manusia lagi, tetapi seperti manusia luar angkasa, yang harus mempunyai kelainan-kelainan dibandingkan dengan manusia di bumi ini.

TOPENG-TOPENG YANG DISUKAI

Pengadilan yang sangat “menakutkan” hamba-hamba Tuhan ini, salah satu akibatnya, dapat membuat mereka hidup serba munafik dan menutup-nutupi keberadaan dirinya yang sebenarnya. Ia tidak mau kelehamahannya diketahui oleh jemaatnya, ia ingin supaya jemaatnya selalu memandang dirinya sebagai orang yang tidak punya kekurangan, kelemahan dan dosa-dosa. Makin jemaatnya kagum padanya, makin senang hatinya.

Dan ternyata jemaatnya juga senang “ditipu” jemaat sangat senang bila ada hamba Tuhan yang suci 100%, selalu sempurna, selalu menyenangkan hati mereka, selalu tidak punya kesalahan, kekurangan dan lain sebaginya. Hamba Tuhan yang seperti itulah yang selalu dipuji-puji dan diagungkan.

Sayang, banyak hamba Tuhan yang terjebak dalam dunia sandiwara ini, dan banyak pula jemaat yang menikmati sandiwara yang dituntutnya sendiri. Jemaat “menciptakan” hamba Tuhan yang sempurna, hebat dan tanpa cacat menurut selera yang mereka inginkan; dan hamba Tuhan juga me”make-up” wajahnya menurut selera yang jemaatnya inginkan.

Kasihan memang bagi hamba Tuhan yang tidak pandai ber“make-up” Ia selalu diejek, dicela dan dibenci karena “wajahnya” yang jelek.

Ada jemaat yang berkata, bagi yang mau menjadi hamba Tuhanya tau sendiri konsekwensinya, ia harus bisa menjadi lebih dari manusia biasa !! Ha, apa betul ya dan apa bisa ya?

MEMANDANG HAMBA TUHAN DALAM ALKITAB

Herannya ternyata Alkitab berkata lain tentang hal ini. Alkitab tidak pernah me“make-up” hamba Tuhan, dan Alkitab tidak pernah memperkenalkan hamba Tuhan seperti makhluk luar angka yang mempunyai “keanehan-keanehan” yang tidak dimiliki oleh manusia biasa.

Alkitab tidak pernah menyatakan ada manusia luar biasa didunia ini. Elia ternyata juga mempunyai dosa dan kelemahan (Yakobus 5:17a), Musa mempunyai dosa dan kelemahan, Yosua mempunyai dosa dan kelemahan. Meskipun Alkitab tidak mengungkapkan dosa-dosa dan kelemahan dari Henokh ataupun Yusuf anak Yakub, namun bukan berarti Henokh maupun Yusuf tidak mempunyai dosa dan kelemahan.

Tuhan Yesus pernah berkata, bahwa tidak ada seorangpun yang baik (Lukas 18:19), didalam kitab Roma 3:10-12,23 dikatakan, bahwa tidak ada seorangpun yang benar, semua sudah berbuat kejahatan, dalam kitab Yesaya 64:6 nabi Yesaya pun mengakui, bahwa perbuatan baik manusia itu seperti kain yang kotor dihadapan Allah.

Dengan perkataan lain Alkitab menegaskan, bahwa tidak ada seorangpun didunia ini yang tidak punya dosa, yang tidak punya kelemahan, kekurangan, keterbatasan, dan perbuatan-perbuatan tercela, termasuk hamba Tuhan!!. Karena itu Alkitab menegaskan, tidak ada seorangpun yang dapat diselamatkan karena perbuatannya (Efesus 2:8-9) !!.

Jadi kalau ada jemaat yang melihat ada hamba Tuhan yang tanpa cacat, cela, tanpa ada dosa dan kelemahan apapun, yang dinilai sangat hebat luar biasa, seperti SIX MILLION DOLLAR MAN atau WONDER WOMAN, maka ada dua kemungkinan yang terjadi: pertama jemaat itu belum sungguh-sungguh mengenal siapa sebenarnya hamba Tuhan itu, kedua hamba Tuhan itu sangat pandai bersandiwara, menciptakan kesalahan palsu sehingga jemaat itu tertipu.

Ada jemaat yang beri komentar, kalau begitu kita jangan terlalu dalam mengenal siapa hamba Tuhan itu sebenarnya, nanti kita akan kecewa kalau mengetahui kelemahan dan dosanya. Sikap seperti ini juga tidak dapat dibenarkan, sebab perbuatan semacam ini sama dengan usaha menipu diri sendiri dan tidak berani menghadapi realita.

Bila kita tetap mau memandang raja Daud, Musa, Elia, Abraham, sebagai hamba-hamba Tuhan, meskipun kita juga diberitahu akan kelemahan, kekurangan dan bahkan dosa-dosa mereka, mengapa, kita tidak dapat memandang hamba-hamba Tuhan pada zaman sekarang ini masa seperti kita memandang hamba-hamba Tuhan yang diperkenalkan Alkitab? Atau apakah penilaian kita sudah tidak lagi berpatokan pada apa yang Alkitab beritakan dan ajarkan, dan kita mau memandang hamba-hamba Tuhan zaman sekarang harus melebihi kriteria hamba-hamba Tuhan yang disaksikan oleh Alkitab?

TAK KENAL, MAKA TAK SAYANG, MAKIN MENGENAL MAKIN MEMBENCI ?

Ada seorang pemuda yang menceritakan, bahwa ia sekarang tidak lagi mengasihi istrinya setelah ketahuan, bahwa istrinya ternyata adalah seorang yang pernah berzinah pada masa remajanya. Katanya, dahulu pada waktu masih berpacaran, ia sangat mengasihi calon istrinya. Dalam kasus seperti ini kita perlu bertanya, apakah kasih yang seperti ini dapat disebut sebagai kasih yang benar? Kalau kita mau lebih teliti, sebenarnya pemuda ini dari dahulu TIDAK PERNAH mengasihi pacarnya yang sekarang telah menjadi istrinya. Ia ‘mengasihi” dalam ketidaktahuan dan dalam pengenalan yang meraba-raba, atau sekedar emosi belaka. Ia tidak sungguh-sungguh mengenal siapa yang dikasihinya.

Orang yang mengasihi seseorang tanpa dasar pengenalan yang benar dan waktu yang cukup, maka kasih itu belum teruji dan perlu dipertanyakan kesungguhannya.

Demikian pula dengan orang yang begitu menghormati hamba Tuhan, dan sangat mengaguminya, padahal ia belum tahu dengan benar siapa hamba Tuhan itu dan bagaimana kehidupan sehari-harinya, maka kekaguman itu hanya merupakan kekaguman semu atau kekaguman yang kekanak-kanakan, yang hanya berdasarkan penilaian lahiriah saja. Kekaguman itu akan dengan mudah lenyap, bila pengetahuan kita ditambah dengan informasi-informasi yang tidak memenuhi kriteria kekaguman tersebut.

SIKAP YANG TEPAT

Akitab mengajarkan pada kita, bahwa kita harus saling menghormati, mengasihi, dan khususnya kepada hamba-hamba Tuhan (I Tesalonika 5:12-13, I Timotius 5:17), bukan karena mereka tidak pernah berbuat dosa, namun karena kita ini adalah sesama anak-anak Tuhan, sesama murid-murid Kristus yang harus saling menopang dan menguatkan (Yohanes 13:34-35)

Ilustrasi tubuh yang diberikan oleh rasul Paulus dalam kitab Korintus menunjukkan adanya saling ketergantungan mutlak dari setiap anggota tubuh. Tidak ada anggota tubuh yang merasa dirinya paling hebat, paling tinggi dan tidak membutuhkan anggota yang lain. Tidak ada anggota tubuh yang bersukacita bila ada anggota lainnya yang sedang menderita atau jatuh dalam kelemahannya (I Korintus 12:21-26).

Hamba Tuhan tidak mungkin dapat membangun jemaat seorang diri saja. Ia membutuhkan partner kerja, ia membutuhkan support (dukungan), ia membutuhkan anggota-anggota tubuh Kristus yang lain.

HAMBA TUHAN DAN KELUARGANYA

Sebenarnya peran membina keluarga yang harmonis, baik itu oleh hamba Tuhan maupun jemaat umum mempunyai bobot yang sama beratnya yaitu sebagai seorang Kristen, sebagai murid Kristus, yang harus memberikan teladan terbaik dalam setiap perbuatannya.
Mari kita melihat kehidupan imam Eli. Meskipun Eli adalah seorang hamba Tuhan ternyata keluarganya berantakan. Alkitab menegaskan, bahwa kesalahan Eli adalah membiarkan anak-anaknya berbuat hal yang tidak benar dipandang Tuhan, dan bahkan lebih daripada itu, Eli ikut menikmati hasil perbuatan yang benar dari anak-anaknya. Eli tidak memperhatikan peringatan-peringatan yang sudah disampaikan kepadanya dengan serius, dan ia lebih menghormati anak-anaknya daripada Tuhan (I Samuel 2:29).

Ini merupakan peringatan bagi semua orang, bahwa kehidupan hamba Tuhan dan keluarganya bukan merupakan jaminan pasti serba sukses, lancar, tanpa kesulitan dan cacat cela. Mendidik anak dan membina hubungan yang harmonis dalam keluarga adalah tantangan yang sama berat dan sulitnya bagi setiap anak Tuhan!.

Alkitab dengan terbuka juga menunjukkan banyaknya “kegagalan” dalam memelihara hubungan yang harmonis dari anak Tuhan yang baik-baik, seperti anak Samuel (I Samuel 8:3), keluarga Abraham, keluarga Ishak, keluarga Yakub, keluarga Daud, keluarga Salomo, dan seterusnya.
Dari contoh-contoh diatas, kita seharusnya tidak lagi saling menuding dan menghakimi, tapi waspadalah!. Kegagalan dalam keluarga yang sedang kita soroti dapat juga terjadi dalam keluarga kita kelak. Kesalahan imam Eli juga dapat kita lakukan sendiri bila kita lengah.
Bila kita menyadari prinsip satu tubuh, maka kegagalan dari salah satu anggota tubuh, adalah bagian dari kegagalan kita juga, kegagalan kita dalam membangun sesama anggota tubuh Kristus. Kejatuhan salah seorang anggota tubuh Kristus adalah merupakan salah satu akibat dari bentuk ketidak pedulian kita pada saudara kita seiman.

Seharusnya bila kesatuan tubuh itu nyata, maka kejatuhan tubuh yang lain dapat dihindarkan dengan menjalin kesehatian, saling mendoakan, menguatkan, mengingatkan, menegur, menasehati, memberi saran-saran, mencarikan jalan keluar, mengatasi segala godaan dengan tindakan pencegahan-pencegahan.

PENUTUP

Orang yang dibenarkan Allah bukanlah orang yang mampu untuk tidak berbuat dosa sama sekali dalam kehidupannya, namun orang yang mau ditegur, dan mau menyadari akan dosa-dosanya, serta mengakuinya dihadapan Tuhan dengan penyesalan, dan akhirnya bertekad untuk terus menerus belajar memperbaiki kehidupannya hari demi hari makin sesuai dengan kehendak Tuhan.
Tuhan Yesus bukan mengasihi orang yang sempurna dan benar, melainkan orang berdosa yang menyadari dan menyesali akan dosanya, serta mau datang kepada Tuhan dan belajar terus menerus untuk meperbaiki kehidupannya.

Yang tidak disenangi oleh Tuhan justru adalah orang yang berpura-pura, orang yang selalu merasa dirinya benar dan membenarkan dirinya sendiri, tidak mau mengakui segala kekurangan dan kelemahannya, orang yang membanggakan perbuatannya yang “saleh”, yang selalu membandingkan dirinya lebih baik dari orang lain (Lukas 18:9-14, bnd Markus 2:17).

Keluarga Eli dan hamba Tuhan yang lain dalam Alkitab menjadi peringatan bagi kita semua, supaya kita tidak mengulangi kesalahan yang sama dan supaya kita tidak gampang-gampang menghakimi semua orang dengan seenaknya. Orang Farisi dan ahli Taurat adalah figur yang dipaparkan Alkitab kepada kita sebagai tipe orang yang selalu merasa dirinya paling benar dan menganggap orang lain lebih jelek dari dirinya.

Bila suatu saat kita melihat kelemahan dan kejatuhan seseorang, jangan cepat-cepat tertawa sebelum kita sadar, bahwa suatu saat kita juga bisa jatuh bila mengalami godaan yang sama dengan sikon yang sama pula (bnd I Korintus 10:12, Matius 7:3).

Sebenarnya tidak ada satupun diantara kita yang layak dihadapan Allah. Kita semua sama-sama jeleknya. Tuhan mengajarkan kita supaya mengasihi sesama kita bukan karena orang telah berbuat baik kepada kita atau telah memuaskan hati (keinginan dan konsep) kita (Lukas 6:23).
Tuhan beserta kita sekalian. Amin.

Source : http://www.grii-ngagel.org

Sabtu, 17 Juli 2010

Argumen - Skandal Kontemporer (Anti Intelektualisme)

Analisis Kristen yang paling menyeluruh mengenai situasi intelektual bagi kaum Injili Amerika modern datang dari sumber yang tidak terduga. Charles Malik, seorang diplomat Lebanon, sarjana dan seorang Kristen Ortodoks Timur, diundang pada tahun 1980 untuk membuka Billy Graham Center di Wheaton College dengan sebuah pidato. Tidak banyak diantara orang-orang yang hadir pada hari itu yang siap untuk menerima  kebijaksanaan yang tajam dari kata sambutan Malik. Saya sendiri hadir disana, tetapi pada saat itu saya hampir-hampir tidak menyadari bahwa studi panjang yang dilakukan selama satu dekade atau lebih akan menggerakkan saya untuk memperkuat dengan argumen historis yang terputus-putus, apa yang oleh Malik telah sampaikan secara singkat dan padat sebagai manifesto seorang intelektual Kristen kepada teman-teman seimannya. Pidato Malik tersebut kuat karena lebih terfokus langsung kepada pertanyaan mengenai akhir daripada pertanyaa mengenai cara. Dengan kelembutan dan kebesaran hati, tetapi juga dengan keberanian yang besar, Malik secara langsung membawa kita, kaum Injili, kedalam pengamatan yang mengejutkan itu. Pertama, dia menjabarkan apa yang menjadi masalah di universitas modern : "Pada inti dari semua masalah yang dihadapi peradaban Barat - keresahan dan kegelisahan yang umum, kurangnya anugerah dan keindahan, ketenangan dan kedamaian jiwa, berbagai cacat dan penyimpangan karakter personal  ; permasalahan keluarga dan hubungan-hubungan sosial secara umum, masalah ekonomi dan politik, masalah media, masalah yang mempengaruhi sekolah dan gereja itu sendiri, masalah dalam tatanan internasional - pada inti dari krisis didalam peradaban Barat terdapat kondisi akal budi dan semangat dari universitas-universitas." Malik melanjutkan dengan menyarankan bahwa karena dilema kehidupan modern adalah dilema intelektual dari jenis yang seharusnya dieksplorasi oleh universitas, maka penting bagi orang Kristen untuk menyadari besarnya tugas intelektual mereka - " Masalahnya bukan hanya untuk memenangkan jiwa, tetapi juga untuk memenangkan akal budi. Jika anda memenangkan seluruh bumi tetapi kehilangan akal budi dunia, maka Anda akan segera menemukan bahwa Anda tidak memenangkan dunia. Sesungguhnya Anda telah kehilangan dunia." 

Tetapi kemudian Malik beralih kepada kontribusi kaum Injili. Dia bukannya tidak menghargai usaha intelektual yang dilakukan oleh sejumlah orang Injili, tetapi kata-katanya menjelaskan natur dari tantangan intelektual dengan kekuatan yang tidak biasa :

Bahaya terbesar yang menyerang KeKristenan Injili Amerika adalah bahaya anti-intelektualisme. Jangkauan terluas dan terdalam dari akal budi tidak mendapatkan cukup perhatian. Jangkauan ini tidak dapat terjadi tanpa menggeluti selama periode beberapa tahun didalam sejarah pemikiran dan semangat. Orang tergesa-gesa keluar dari universitas dan mulai mencari uang atau melayani gereja atau memberitakan Injil. Mereka tidak tahu betapa tidak terhingganya nilai dari menghabiskan beberapa tahun yang menyenangkan untuk berinteraksi dengan para pemikir terbesar dari masa lalu, dan dengan demikian mematangkan dan menajamkan serta memperluas kemampuan berpikir mereka. Hasilnya adalah arena berpikir kreatif dikosongkan dan diberikan kepada musuh. Siapakah diantara kaum Injili yang dapat berdiri dengan bidang kesarjanaan dan penelitian mereka sendiri untuk menghadapi ilmuwan sekuler atau naturalis atau atheis yang besar ? Siapakah diantara sarjana-sarjana Injili yang dikutip sebagai sumber normatif oleh otoritas sekuler terbesar terbesar dalam bidang sejarah atau filsafat atau psikologi atau sosiologi atau politik ? Apakah modus berpikir Anda memiliki kesempatan terkecil untuk menjadi modus berpikir yang dominan di universitas-universitas besar di Eropa dan Amerika yang menandai keseluruhan peradaban Anda dengan semangat dan gagasan mereka sendiri ?

Diperlukan suatu semangat yang sama sekali berbeda untuk mengatasi bahaya anti intelektualisme ini. Meskipun anda sekarang mulai dengan program intensif pada bidang ini atau lainnya, dibutuhkan sedikitnya satu abad sebelum Anda dapat menyusul Harvard dan Tuebingens dan Sorbonnes, pikirkanlah dimana universitas-universitas ini pada saat itu! Demi keefektifan yang lebih besar dalam bersaksi kepada Yesus Kristus sendiri, dan juga demi kepentingan mereka sendiri, orang-orang Injili tidak sanggup untuk terus dipinggiran eksistensi intelektual yang bertanggung jawab.


Buku ini adalah sebuah catatan kaki historis yang mendukung kata-kata bijaksana Malik. Ini dilakukan dengan keyakinan bahwa Malik sangat tepat - ketaatan kepada Yesus Kristus menuntut dari orang-orang Injili suatu eksistensi intelektual yang lebih bertanggung jawab daripada yang telah kita praktikkan di sebagian besar sejarah kita.

Source : Skandal pemikiran Injili (Mark A.Noll, Penerbit Momentum), hal 28 - 30.

Senin, 05 Juli 2010

Dipanggil Untuk Berbuah


(Joh 15:16a) Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap

Anak-anak Tuhan sering kurang menyadari dan kurang menghargai panggilan Allah terhadap dirinya. Karena itulah setiap anak Tuhan perlu untuk terus menyadari siapa dirinya dan apa korelasi antara panggilan dan kehidupannya. Yoh 15:16a ini adalah suatu bagian yang sangat singkat yang dapat mengingatkan kembali panggilan dari Kristus pada setiap anak-anak Allah.

1. Setiap manusia memilih untuk tidak datang kepada Kristus. (Bukan kamu yang memilih Aku).

Didalam hidup, apakah yang cenderung untuk kita pilih ? Alkitab dengan tegas menjawab bahwa kita lebih memilih untuk datang kepada dosa, hidup berkubang didalam dosa, datang kepada uang, datang ke mal-mal, datang ke bioskop-bioskop, datang ketempat pelacuran, datang ke tempat-tempat hiburan, dan semua tempat yang kita datangi adalah tempat yang menurut kita Allah tidak ada, dengan harapan bahwa itu semua akan memuaskan kehausan dari kedagingan kita, akan tetapi yang terjadi justru kita semakin melarikan diri dari Allah. Pada realitanya Allah ada dimana-mana, Allah MahaAda !! Ini adalah identitas asal kita, yang menolak untuk datang kepada Kristus. Inilah manusia berdosa yang lebih memilih hawa nafsu dan pemuasan kedagingan daripada memilih Allah. Maka kita perlu untuk bertobat dengan sungguh-sungguh dihadapan Tuhan agar hati kita diperbaharui terus menerus setiap saat sehingga kecondongan hati ini pada kejahatan boleh semakin berkurang setiap saat.

2. Bahwa Kristus-lah yang memilih kita (tetapi Akulah yang memilih kamu).

Kristuslah yang memilih kita dan memanggil kita. Yang memanggil setiap anak-anak Tuhan untuk datang kepada Tuhan, bukan seorang pejabat pemerintah, bukan seorang pengusaha, bukan seorang walikota, bukan seorang gubernur, bukan seorang jenderal, juga bukan seorang presiden atau raja dari suatu negara atau kerajaan, tetapi yang memilih kita untuk menjadi anak-anak Allah adalah Sang Raja dari Alam Semesta, yaitu Allah sendiri !! Yang memanggil kita adalah Yang MahaKudus, Yang MahaMulia, Sang Raja diatas segala Raja dimana semua CiptaanNya diciptakan dan dibentuk olehNya, diatur olehNya dan menjalankan apa yang dikehendakiNya secara mutlak.

Bandingkan dengan :
Eph 1:5-6
(5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,
(6) supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.
(Rom 9:11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, --supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya--
Rom 8:28-30
(28) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
(29) Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
(30) Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Sudahkah kita hidup kudus sebagaimana Allah yang memanggil kita adalah Allah Yang MahaKudus ? Sudahkah kita hidup suci sebagaima Allah yang memanggil kita adalah Allah Yang MahaSuci ? Sudahkah kita mempermuliakan Dia, sebagaimana Allah yang memanggil kita adalah Allah YangMahaMulia ? Kita harus hidup dengan standar-standar seperti ini, karena Allah yang memanggil kita adalah Allah Yang MahaKudus, MahaMulia, MahaSuci dimana setiap ciptaanNya menyembah, memuji dan memuliakan Dia.

3. Setiap anak Tuhan dipanggil dan ditetapkan untuk menghasilkan buah. (Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah)

Setiap anak Tuhan dipilih dan dipanggil bukan untuk hidup menyuburkan dosa-dosa, bukan untuk hidup bermalas-malasan, bukan untuk hidup gila-gilaan, bukan untuk hidup bersenang-senang. Tetapi setiap anak Tuhan dipanggil memuji Allah !! Dipanggil untuk menyembah Allah, dipanggil untut mempermuliakan Allah !! bukan untuk mempermalukanNya !! Dengan apa kita mempermuliakan Allah ? dengan buah-buah kehidupan yang mempermuliakan Allah, yang kita hasilkan berdasarkan iman yang diberikanNya pada kita. Ini adalah esensi dari panggilan setiap anak-anak Tuhan yaitu hidup untuk berbuah !!

Bandingkan dengan :
1Co 1:8-9
(8) Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus.
(9) Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.

Allah yang memanggil maka Allah pula yang akan memimpin kita, Dia tidak akan membiarkan kita berjalan sendiri, karena Dia tahu bahwa kita tidak akan pernah mampu untuk berjalan sendiri didunia ini. Allah adalah Allah yang setia, Dia yang memanggil, Dia pula yang akan memimpin kita dan akan menuntun kita serta memperlengkapi kita sehingga kita dapat hidup berbuah. Ini adalah jaminan yang penyertaan Allah bagi setiap orang yang dipanggilNya sampai kita bertemu denganNya muka bertemu muka. Barangsiapa yang hanya mengandalkan dirinya sendiri untuk hidup didunia ini dengan mencoba melepas dirinya dari Allah, maka dia hanya akan menemui kesia-siaan kehidupan bahkan dia akan berjalan seperti orang yang tidak tahu arah dan tujuan dari kehidupan yang sudah Tuhan berikan ini.

4. Panggilan untuk bebuah secara kontinu/terus menerus (dan buahmu itu tetap).

Kristus telah menetapkan kita untuk hidup berbuah secara terus menerus. Ayat ini mengkonfirmasi bahwa hidup harus berbuah dan buah yang dihasilkan bukan hanya buah-buah yang sesaat saja, seperti buah-buah ”kambuhan” atau ”kadang panas terkadang dingin”. Yang Kristus kehendaki adalah setiap anak Tuhan berbuah setiap saat didalam hidupNya !! Buah yang dihasilkan secara kotinu membuktikan bahwa buah-buah itu berasal dari ranting yang hidup. Buah yang dihasilkan secara kontinu juga membuktikan bahwa buah itu berasal dari ranting yang baik. Karena ranting yang baik akan menghasilkan buah yang baik, tetapi ranting yang tidak baik hanya akan menjadi ranting yang kadang berbuah-kadang tidak bahkan akan menjadi penyakit dan parasit bagi ranting yang lain.
Sudahkah hidup kita berbuah secara kontinu ? ataukan berbuah secara kambuhan ?

Bandingkan dengan :
(Mat 12:33) Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.

Ayat ini memberitahu dengan dengan jelas bahwa pohon yang baik, pasti akan menghasilkan buah yang baik, buah yang berkualitas, dan pohon ini akan menghasilkan buah secara terus menerus, bukan kambuhan !! Inilah perbedaan antara pohon yang baik dan pohon yang tidak baik, ranting yang baik dan ranting yang tidak baik. Dimanakah posisi saya dan saudara ? mari kita bercermin dengan hati yang penuh kesungguhan dan kerelaan untuk dikoreksi olehNya sehingga hidup ini boleh menjadi ranting-ranting yang berbuah secara terus menerus, tanpa henti untuk mempermuliakan Yesus Kristus, Tuhan dan JuruSlamat kita.

Bandingkan dengan :
(Rom 2:4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?
(1Co 2:9) Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."

Sungguh panggilan Allah ini adalah panggilan yang sangat indah, maukah kita merespon panggilanNya. Marilah kita merespon panggilanNya dengan hati yang bersungguh-sungguh untuk hidup berbuah dan mempermuliakan Dia didalam setiap aspek didalam kehidupan kita. Amin

Soli Deo Gloria