Oleh Pdt. Budi Asali, M.Div
1) Luk 23:34 - “Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaianNya”.
2) Luk 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.
3) Yoh 19:25-27 - “(25) Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. (26) Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’ (27) Kemudian kataNya kepada murid-muridNya: ‘Inilah ibumu!’ Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya”.
4) Mat 27:46 - “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.
Mark 15:34 - “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.
5) Yoh 19:28 - “Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci -: ‘Aku haus!’”.
6) Yoh 19:30 - “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’ Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya”.
7) Luk 23:46 - “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya”.
Kalimat Pertama (1)
Luk 23:34 - “Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaianNya”.
1) Pertama-tama perlu diketahui bahwa kalimat ini diragukan keasliannya karena beberapa manuscript kuno tidak mempunyai ayat ini!
NIV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Some early manuscripts do not have this sentence” (= Beberapa manuscripts mula-mula tidak mempunyai kalimat ini).
RSV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Other ancient authorities omit the sentence ‘And Jesus ... what they do” (= Otoritas-otoritas / salinan-salinan kuno yang lain menghapuskan kalimat ‘Dan Yesus ... apa yang mereka perbuat’).
NKJV memberikan catatan tepi yang berbunyi: “NU brackets the first sentence as a later addition” (= NU meletakkan kalimat pertama dalam kurung sebagai penambahan belakangan).
ASV memberikan catatan kaki yang berbunyi: “Some ancient authorities omit ‘And Jesus said, Father, forgive them; for they know not what they do.’” (= Beberapa otoritas / salinan kuno menghapuskan ‘Dan Yesus berkata: Bapa, ampunilah mereka; sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’).
KJV dan NASB tidak memberikan catatan kaki apapun.
Pulpit Commentary: “These words are missing in some of the oldest authorities. They are found, however, in the majority of the most ancient manuscripts and in the most trustworthy of the old versions, and are undoubtedly genuine” (= Kata-kata ini tidak ada dalam beberapa dari otoritas / salinan yang paling tua. Tetapi kata-kata itu ditemukan dalam mayoritas dari manuscripts yang paling kuno dan dalam versi-versi tua yang paling bisa dipercaya, dan tidak diragukan merupakan bagian yang asli) - hal 240.
Catatan: kata-kata ini membingungkan. Apakah ada beda antara ‘authorities’ (= salinan) dan ‘manuscripts’ (= naskah)?
Leon Morris (Tyndale): “There is textual doubt about this prayer. It is absent from many of the best MSS and some critics argue that it must be rejected, since it would scarcely have been omitted if genuine. Against that is the fact that other very good MSS do attest it. Early copyists may have been tempted to omit the words by the reflection that perhaps God had not forgiven the guilty nation. The events of AD 70 and afterwards may well have looked like anything but forgiveness. We should regard the words as genuine” [= Ada keraguan textual tentang doa ini. Doa ini absen dalam banyak manuscripts terbaik dan sebagian pengkritik berargumentasi bahwa itu harus ditolak, karena tidak mungkin itu dihapuskan kalau itu asli. Menentang hal ini adalah fakta bahwa manuscripts lain yang sangat baik menyokongnya. Penyalin-penyalin mula-mula mungkin tergoda untuk menghapus kata-kata ini oleh pemikiran bahwa mungkin Allah tidak mengampuni bangsa yang bersalah ini. Peristiwa pada tahun 70 M dan sesudahnya (kehancuran Yerusalem) sama sekali tidak menunjukkan pengampunan. Kita harus menganggap kata-kata ini sebagai asli] - hal 326-327.
The New Bible Commentary: Revised: “34a is omitted by a formidable list of early MSS, but it should be retained either as a genuine part of Luke (cf. Acts 7:60) or as a reliable piece of extraneous tradition. It would be omitted by scribes who felt that it was unseemly or not answered” [= ay 34a dihapuskan oleh suatu daftar yang menakutkan / berat dari manuscript-manuscript mula-mula, tetapi itu harus dipertahankan atau sebagai bagian asli dari Lukas (bdk. Kis 7:60) atau sebagai potongan tradisi dari luar yang bisa dipercaya. Itu dihapuskan oleh penyalin-penyalin yang merasa bahwa itu (doa Yesus) tidak pantas atau tidak dijawab] - hal 923.
Bdk. Kis 7:60 - “Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: ‘Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!’ Dan dengan perkataan itu meninggallah ia”.
Doa Stefanus ini dianggap meniru / meneladani doa Kristus yang sedang kita bahas. Kalau Kristus tidak pernah menaikkan doa tersebut, Stefanus tidak akan bisa meneladaninya.
A. T. Robertson: “Some of the oldest and best documents do not contain this verse, and yet, while it is not certain that it is a part of Luke’s Gospel, it is certain that Jesus spoke these words, for they are utterly unlike any one else” (= Beberapa dari dokumen-dokumen yang tertua dan terbaik tidak mempunyai ayat ini, tetapi sementara tidak pasti bahwa itu merupakan suatu bagian dari Injil Lukas, adalah pasti bahwa Yesus mengucapkan kata-kata ini, karena kata-kata itu sama sekali tidak seperti kata-kata siapapun juga) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 284-285.
Bruce M. Metzger: “The absence of these words from such early and diverse witnesses ... is most impressive and can scarcely be explained as a deliberate excision by copyists who, considering the fall of Jerusalem to be proof that God had not forgiven the Jews, could not allow it to appear that the prayer of Jesus had remained unanswered. At the same time, the logion, though probably not a part of the original Gospel of Luke, bears self-evident tokens of its dominical origin, and was retained, within double square brackets, in the traditional place where it had been incorporated by unknown copyists relatively early in the transmission of the Third Gospel” (= Absennya kata-kata ini dari saksi-saksi yang mula-mula dan bermacam-macam ... merupakan sesuatu yang mengesankan dan hampir tidak bisa dijelaskan sebagai penghilangan / pembuangan yang disengaja oleh penyalin-penyalin yang, menganggap kejatuhan Yerusalem sebagai bukti bahwa Allah tidak mengampuni orang-orang Yahudi, tidak bisa membiarkan terlihat bahwa doa Yesus tidak dijawab. Pada saat yang sama, ucapan ini, sekalipun mungkin bukan merupakan suatu bagian dari Injil Lukas yang asli, mempunyai tanda-tanda yang jelas bahwa itu berasal usul dari Tuhan Yesus, dan dipertahankan, dalam tanda kurung ganda, dalam tempat tradisional dimana ucapan ini telah dimasukkan oleh penyalin-penyalin yang tak dikenal pada masa yang sangat awal dalam penyebaran Injil ketiga ini) - ‘A Textual Commentary on the Greek New Testament’, hal 180.
Catatan:
- kata-kata Metzger pada bagian awal dari kutipan di atas saya anggap aneh. Mengapa ia berkata ‘hampir tidak bisa dijelaskan sebagai ...’? Kebanyakan penafsir justru menganggap hal itu sebagai alasannya.
- kata ‘dominical’ diterjemahkan ‘having to do with Jesus as the Lord’ (= berurusan dengan Yesus sebagai Tuhan) dalam Webster’s New World Dictionary.
Wycliffe Bible Commentary: “This verse, like one or two others preceding (Luke 22:19,43) is absent from some of the best manuscripts. Like several other such disputed texts, it is undoubtedly a genuine utterance of Jesus. It is harder to account for its omission than for its inclusion” [= Ayat ini, seperti satu atau dua ayat yang mendahuluinya (Lukas 22:19,43) absen dari beberapa manuscripts yang terbaik. Seperti beberapa text lainnya yang diperdebatkan seperti itu, ini tidak diragukan merupakan ucapan asli dari Yesus. Adalah lebih sukar untuk menerangkan penghapusannya dari pada pemasukkan / penambahannya].
Catatan: saya kira kata-kata yang saya garis-bawahi itu merupakan pertimbangan yang penting. Kalau kata-kata itu memang asli bisa dipikirkan alasan mengapa kata-kata itu dihapuskan, yaitu karena doa ini dianggap tidak dijawab. Tetapi kalau kata-kata itu tidak asli, mengapa gerangan ada orang-orang yang berani menambahkannya?
William Hendriksen mengatakan (hal 1028) bahwa ada orang-orang yang hendak menghapuskan kata-kata ini, dengan alasan: mereka yang membunuh Yesus adalah reprobate (= orang-orang yang ditentukan untuk binasa), dan Allah tidak memberkati reprobate. Karena itu, Yesus tidak mungkin berdoa untuk mereka.
Saya sendiri menyimpulkan bahwa ini merupakan kata-kata asli dari Yesus, dan juga merupakan bagian asli dari Injil Lukas. Saya tak setuju dengan kata-kata dari A. T. Robertson dan Bruce M. Metzger yang mengatakan bahwa ini mungkin bukan bagian dari Injil Lukas tetapi pasti merupakan kata-kata asli dari Yesus. Kalau itu adalah kata-kata asli dari Yesus, tidak mungkin kata-kata itu tak tercatat dalam Kitab Suci. Mengingat bahwa kata-kata itu begitu penting, dan diucapkan pada saat Ia berada di kayu salib, rasanya tidak mungkin kata-kata itu bisa tidak dituliskan dalam Kitab Suci. Perlu diingat bahwa kata-kata ini hanya ada dalam Injil Lukas.
2) “Ya Bapa, ampunilah mereka”.
a) Ini jelas merupakan suatu doa, dan merupakan penggenapan dari Yes 53:12 - “Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak”.
KJV: ‘made intercession for the transgressors’ (= melakukan / menaikkan doa syafaat untuk pelanggar-pelanggar).
Arthur W. Pink: “That Christ should make intercession for His enemies was one of the items of the wonderful prophecy found in Isaiah 53. This chapter tells us at least ten things about the humiliation and suffering of the Redeemer” (= Bahwa Kristus melakukan / menaikkan doa syafaat bagi musuh-musuhNya merupakan salah satu dari hal-hal dari nubuat yang luar biasa dalam Yesaya 53. Pasal ini memberitahu kita setidaknya 10 hal tentang perendahan dan penderitaan dari sang Penebus) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 11-12.
Penerapan: ini merupakan bukti bahwa Kitab Suci memang merupakan Firman Tuhan. Kalau tidak, bagaimana mungkin ada begitu banyak nubuat dalam Kitab Suci, yang semuanya terjadi dengan sempurna? Ini merupakan keunggulan Kitab Suci kita dibandingkan dengan Kitab Suci agama-agama lain, yang tidak mempunyai nubuat sama sekali, atau hampir-hampir tidak mempunyainya!
b) Saat pengucapan kata-kata ini.
Kebanyakan penafsir beranggapan / menduga bahwa kata-kata ini diucapkan Yesus, atau pada saat paku-paku dipakukan ke tangan dan kakiNya, atau pada waktu kayu salib itu ditegakkan. Jadi, pada saat dimana rasa sakit itu mencapai puncaknya, dan biasanya orang-orang yang tersalib itu mengeluarkan segala macam makian, kutukan, dan sumpah serapah, Yesus justru mengucapkan doa yang begitu agung dan penuh kasih!
Pulpit Commentary: “These first of the seven words from the cross seem, from their position in the record, to have been spoken very early in the awful scene, probably while the nails were being driven into the hands and feet” (= Yang pertama dari 7 kata-kata / kalimat dari kayu salib kelihatannya, dari posisi mereka dalam catatan, telah diucapkan sangat awal dalam suasana / adegan yang mengerikan itu, mungkin sementara paku-paku dipakukan ke dalam tangan dan kaki) - hal 240.
Pulpit Commentary: “When - at what particular point did he say that? It is commonly believed that he uttered this most gracious prayer just at the time of the actual crucifixion. Just when the nails were driven into those hands, the hands that had constantly been employed in some ministry of mercy; into those feet that had been constantly carrying him on some errand of kindness; or just when the heavy cross, with its suffering Victim fastened upon it, had been driven into the ground with unpitying violence; - just then, at the moment of most excruciating pain and of intolerable shame, he opened his lips to pray for mercy on his executioners” (= Kapan - pada saat khusus mana Ia mengucapkannya? Pada umumnya dipercaya bahwa Ia mengucapkan doa yang paling penuh kasih karunia ini persis pada waktu tindakan penyaliban itu sungguh-sungguh dilakukan. Persis pada waktu paku-paku dipakukan ke dalam tangan-tangan, tangan-tangan yang telah secara terus menerus digunakan dalam pelayanan belas kasihan; ke dalam kaki-kaki yang telah terus menerus membawaNya dalam missi kebaikan; atau persis pada saat kayu salib yang berat, dengan Korban yang sedang menderita dilekatkan padanya, dimasukkan ke dalam tanah dengan kekerasan tanpa belas kasihan; - persis pada saat itu, pada saat dari rasa sakit yang luar biasa dan rasa malu yang tak tertahankan, Ia membuka bibirNya untuk mendoakan belas kasihan bagi para pelaksana hukuman matiNya) - hal 254.
c) Ini adalah saat dimana seharusnya Yesus bisa dikuasai oleh kepahitan.
Pulpit Commentary mengatakan (hal 254) bahwa Yesus menyadari akan ketidak-bersalahanNya yang sempurna, dan juga akan tujuanNya yang murni dan paling mulia / agung, tetapi Ia mendapati diriNya bukan hanya tidak dibalas atau dihargai, tetapi disalah-mengerti, diperlakukan dengan jahat, dihukum berdasarkan tuduhan yang sepenuhnya palsu, dan dihukum mati dengan cara yang paling kejam dan memalukan. Pada saat itu Ia merupakan obyek dari kekejaman yang paling tidak berbelas-kasihan yang bisa diberikan oleh manusia, dan sedang mengalami penderitaan pada tubuh dan pikiran / jiwa yang betul-betul membuatNya sangat menderita. Apakah aneh kalau pada saat seperti itu semua sifatNya yang baik berubah menjadi roh yang masam? Tetapi pada saat itu, dan di bawah perlakuan seperti itu, Ia melupakan diriNya sendiri untuk mengingat kesalahan dari mereka yang sedang melakukan kesalahan kepadaNya. Ia bukannya memelihara / menyimpan perasaan kebencian, tetapi Ia menginginkan supaya mereka bisa diampuni dari kesalahan mereka!
Lenski: “This is surely the first word that Jesus uttered while he was on the cross. ... It was uttered while the crucifixion was in progress or immediately thereafter. This simple prayer is astounding; ... The climax of suffering is now being reached, but the heart of Jesus is not submerged by this rising tide - he thinks of his enemies and of all those who have brought this flood of suffering upon him. ... He might have prayed for justice and just retribution; but his love rises above his suffering, he prays for pardon for his enemies. Such love exceeds comprehension and yet reveals the source whence our redemption and our pardon flow” (= Ini pasti adalah kata-kata pertama yang diucapkan Yesus pada waktu Ia berada di salib. ... Itu diucapkan pada waktu penyaliban sedang berlangsung atau persis sesudahnya. Doa yang sederhana ini merupakan sesuatu yang mengherankan; ... Sekarang puncak penderitaan itu sedang terjadi, tetapi hati Yesus tidak tenggelam oleh air pasang yang naik ini - Ia memikirkan musuh-musuhNya dan semua mereka yang telah membawa air bah penderitaan ini kepadaNya. ... Ia bisa berdoa untuk keadilan dan pembalasan yang adil; tetapi kasihNya naik melebihi penderitaanNya, Ia berdoa untuk pengampunan bagi musuh-musuhNya. Kasih seperti itu melampaui pengertian dan menyatakan sumber dari mana penebusan dan pengampunan kita mengalir) - hal 1132-1133.
d) Kata ‘ampunilah’.
1. Arti dari kata ‘ampunilah’.
William Hendriksen: “the verb here used has a very wide meaning (this, by the way, is true)” [= kata kerja yang digunakan di sini mempunyai arti yang sangat luas (ini memang benar)] - hal 1028.
Ini menyebabkan ada orang-orang yang menafsirkan bahwa Yesus bukan memintakan pengampunan, tetapi hanya meminta supaya Bapa menahan murkaNya, dan tidak menumpahkannya pada saat itu (William Hendriksen, hal 1028).
William Hendriksen: “‘Forgive them’ means exactly that. It means ‘blot out their transgressions completely. In thy sovereign grace cause them to repent truly, so that they can be and will be pardoned fully.’” (= ‘Ampunilah mereka’ betul-betul berarti seperti itu. Itu berarti ‘hapuskanlah pelanggaran mereka sama sekali. Dalam kasih karuniaMu yang berdaulat buatlah mereka supaya sungguh-sungguh bertobat, sehingga mereka bisa dan akan diampuni sepenuhnya’.) - hal 1028.
2. Yesus meminta supaya mereka diampuni melalui pertobatan / iman.
Jelas bahwa Yesus bukan meminta bahwa mereka diampuni begitu saja, tanpa pertobatan / iman, tetapi melalui pertobatan / iman.
Lenski: “By no means a pardon without repentance - that would run counter to all Scripture and to the very redemption Jesus was now effecting. But a pardon through repentance when the truth would be brought home to them as the Acts passages brought it home” (= Sama sekali bukan suatu pengampunan tanpa pertobatan - itu akan bertentangan dengan seluruh Kitab Suci dan dengan penebusan yang sekarang sedang diadakan / dijalankan oleh Yesus. Tetapi suatu pengampunan melalui pertobatan pada waktu kebenaran menyadarkan / menginsyafkan mereka seperti dalam kitab Kisah Para Rasul) - hal 1134-1135.
3. Yesus memintakan ampun untuk dosa ini saja atau untuk semua dosa mereka?
Lenski mengatakan (hal 1134-1135) bahwa jelas bukan hanya dosa membunuh Yesus ini saja yang dimintakan ampun oleh Yesus, karena kalau demikian, apa gunanya? Mereka mempunyai banyak dosa-dosa lain, dan kalau hanya dosa ini saja yang diampuni, mereka tetap akan masuk ke neraka.
Lenski: “not of one sin only but of all their sins. In other words, Jesus prays that the Father may give these murderers of his time, grace, and the knowledge that may bring them the Father’s pardon” (= bukan hanya tentang satu dosa saja tetapi tentang semua dosa mereka. Dengan kata lain, Yesus berdoa supaya Bapa memberi para pembunuh ini waktu, kasih karunia, dan pengetahuan yang bisa membawa pengampunan Bapa kepada mereka) - hal 1135.
Sepanjang yang saya ketahui, tak ada penafsir lain yang menafsirkan seperti ini. Dan menurut saya, kita tidak perlu menafsirkan seperti ini. Yesus berdoa hanya untuk pengampunan dari dosa ini saja, tetapi seperti dikatakan di atas, itu bukan pengampunan tanpa pertobatan / iman, tetapi melalui pertobatan / iman. Dan kalau mereka betul-betul bertobat / beriman, maka tentu bukan hanya dosa ini saja yang diampuni tetapi semua dosa-dosa mereka yang lain.
e) Pada saat ini Yesus mempraktekkan ajaranNya sendiri.
Mat 5:44 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”.
Pulpit Commentary: “There never had been such a forgiving spirit manifested since the world began” (= Tidak pernah roh pengampunan seperti itu dinyatakan sejak dunia ini mulai) - hal 264.
f) Perbandingan dengan kata-kata orang-orang lain pada waktu mau mati.
Pulpit Commentary: “Different from other holy dying men, he had no need to say, ‘Forgive me.’” (= Berbeda dengan orang-orang kudus yang mau mati, Ia tidak perlu berdoa: ‘Ampunilah Aku’.) - hal 240.
g) Perbandingan dengan teriakan darah Habel.
Bdk. Ibr 12:24 - “dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel”.
1. Darah Habel.
Kej 4:10 - “FirmanNya: ‘Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepadaKu dari tanah”.
Ibr 11:4 - “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati”.
Mungkin teriakan darah Habel adalah seperti ini: ‘Ya Tuhan, aku adalah anakMu yang setia kepadaMu, aku selalu memberi yang terbaik kepadaMu, aku selalu berusaha untuk mentaatiMu. Tetapi Tuhan, sekarang aku dibunuh tanpa alasan. O Tuhan yang maha adil, apakah Engkau akan berdiam diri melihat pembunuhan yang keji atas diriku ini?’.
Dengan kata lain, darah Habel berteriak kepada Allah untuk menuntut keadilan, menuntut Allah menghukum Kain, sehingga akhirnya Allah betul-betul menghukum Kain (Kej 4:11-12).
Tentu saja ini merupakan suatu kiasan. Sebetulnya bukan darah itu berteriak, tetapi pada waktu darah itu tercurah, Allah melihatnya dan Allah menghukum.
Kalau saudara beranggapan bahwa kata-kata seperti ini hanyalah khayalan saya, dan kalau saudara beranggapan bahwa orang-orang beriman yang mati dibunuh tidak mungkin berdoa supaya Allah menghukum orang-orang yang membunuh mereka, maka lihatlah ayat di bawah ini.
Wah 6:10 - “Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: ‘Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?’”.
Yang berbicara dalam ayat-ayat ini adalah orang-orang beriman yang mati dibunuh, dan mereka meminta Allah menghakimi / menghukum orang-orang yang membunuh mereka!
2. Darah pemercikan (= darah Kristus).
‘Darah pemercikan’ dalam Ibr 12:24 itu jelas menunjuk pada darah Yesus. Darah Yesus juga berteriak kepada Allah! Tetapi bagaimana teriakan darah Yesus itu? Apakah darahNya berteriak seperti ini: ‘Bapa, Engkau melihat AnakMu yang Tunggal, yang selalu hidup berkenan kepadaMu. Engkau lihat tangan dan kakiKu yang selalu melakukan hal-hal yang baik, dan melayani Engkau, sekarang dipakukan di kayu salib. Engkau melihat wajahKu yang selalu memancarkan kasih, sekarang diludahi, ditampar, dan berlumuran darah dari kepalaKu yang ditusuk dengan mahkota duri. Ya Bapa yang maha adil, hukumlah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan ini, dan buanglah mereka ke dalam neraka!’.
Seandainya darah Yesus berteriak seperti itu kepada Allah, maka celakalah kita semua! Tetapi puji Tuhan, darah Yesus tidak berteriak seperti itu.
Ibr 12:24 - “dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel”.
Kata-kata ‘lebih kuat’ ini salah terjemahan; seharusnya ‘lebih baik’!
TB2-LAI sama salahnya dengan TB1-Lembaga Alkitab Indonesia; tetapi TL justru lebih benar.
TL: ‘yang mengatakan perkara-perkara yang lebih baik daripada darah Habel’.
KJV: ‘speaketh better things than that of Abel’ (= mengatakan hal-hal yang lebih baik dari pada hal-hal yang dikatakan Habel).
RSV: ‘speaks more graciously than the blood of Abel’ (= berbicara dengan lebih murah hati dari pada darah Habel).
NIV: ‘speaks a better word than the blood of Abel’ (= mengucapkan suatu kata / ucapan yang lebih baik dari pada darah Habel).
NASB: ‘speaks better than the blood of Abel’ (= berbicara lebih baik dari pada darah Habel).
Ibr 12:24b (FAYH): ‘dan kepada darah yang dipercikkan yang memberikan anugerah pengampunan, bukan seperti darah Habel yang menjerit menuntut balas’.
Jadi, sekalipun darah Yesus memang berteriak kepada Allah, tetapi berbeda dengan darah Habel yang berteriak menuntut balas / keadilan, maka darah Yesus berteriak dengan nada yang lebih baik. Darah Yesus berteriak senada dengan doa Yesus di kayu salib dalam Luk 23:34 ini: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’.
h) Ini menunjukkan tujuan penderitaan dan kematian Kristus.
Matthew Henry: “the sayings of Christ upon the cross as well as his sufferings had a further intention than they seemed to have. This was a mediatorial word, and explicatory of the intent and meaning of his death: ... The great thing which Christ died to purchase and procure for us is the forgiveness of sin” (= kata-kata Kristus di kayu salib maupun penderitaanNya mempunyai maksud / tujuan lebih jauh dari pada kelihatannya. Ini merupakan kata-kata pengantaraan, dan merupakan penjelasan dari maksud / tujuan dan arti dari kematianNya: ... Hal yang besar / agung yang dibeli dan diperoleh oleh kematian Kristus bagi kita adalah pengampunan dosa).
i) Orang yang paling berdosapun bisa diampuni.
Matthew Henry: “the greatest sinners may, through Christ, upon their repentance, hope to find mercy. Though they were his persecutors and murderers, he prayed, Father, forgive them” (= orang-orang yang paling berdosa bisa, melalui Kristus, pada pertobatan mereka, berharap untuk menemukan belas kasihan. Sekalipun mereka adalah penganiaya dan pembunuhNya, Ia berdoa: ‘Bapa, ampunilah mereka’).
Arthur W. Pink: “In praying for His enemies not only did Christ set before us a perfect example of how we should treat those who wrong and hate us, but He also taught us never to regard any as beyond the reach of prayer. If Christ prayed for His muderers then surely we have encouragement to pray now for the very chief of sinners! Christian reader, never lose hope” (= Dalam berdoa untuk musuh-musuhNya Kristus bukan hanya memberikan di depan kita suatu teladan yang sempurna tentang bagaimana kita harus memperlakukan mereka yang berbuat salah dan membenci kita, tetapi Ia juga mengajar kita untuk tidak pernah menganggap siapapun berada di luar jangkauan doa. Jika Kristus berdoa untuk pembunuh-pembunuhNya maka pasti kita sekarang mendapatkan dorongan untuk berdoa bagi orang-orang yang paling berdosa! Pembaca Kristen, jangan pernah kehilangan pengharapan) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 10.
j) Mengapa Yesus memintakan pengampunan bagi orang-orang itu dari Bapa, dan bukannya memberikan sendiri pengampunan itu, seperti yang dalam kasus-kasus lain Ia lakukan? Bandingkan dengan:
· Mat 9:2 - “Maka dibawa oranglah kepadaNya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: ‘Percayalah, hai anakKu, dosamu sudah diampuni.’”.
· Luk 7:48 - “Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: ‘Dosamu telah diampuni.’”.
Jawaban:
1. Memberi pengampunan dosa merupakan hak dari Allah saja.
Mark 2:7 - “‘Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?’”.
2. Di sini Yesus bertindak sebagai Pengantara.
Yesus memang adalah Allah dan manusia. Karena itu, Ia bisa memberikan pengampunan dosa. Tetapi di sini, sekalipun Ia tetap adalah Allah, tetapi Ia tidak bertindak sebagai Allah, melainkan sebagai Pengantara. Karena itu, Ia memintakan pengampunan dari Bapa.
3. Disamping itu, pemberian pengampunan hanya bisa diberikan kepada orang-orang yang betul-betul sudah bertobat / percaya. Sedangkan untuk orang-orang yang belum bertobat, hanya doa seperti inilah yang Ia berikan. Allahpun tidak bisa memberikan pengampunan kepada orang-orang yang tidak bertobat / percaya, karena ini akan menabrak firmanNya sendiri.
3) “sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.
a) Potongan ini memberikan batasan doa dari Yesus.
Ada pro dan kontra berkenaan dengan bagi siapa doa ini dinaikkan oleh Yesus. Siapa saja yang Ia doakan supaya diampuni oleh Bapa?
1. Ada yang tidak membatasi jangkauan doa ini, dan menganggap bahwa doa ini mencakup semua yang hadir pada saat itu, dan bahkan mencakup semua manusia, termasuk kita.
C. H. Spurgeon: “I believe that it was a far-reaching prayer, which indeed included Scribes and Pharisees, Pilate and Herod, Jews and Gentiles - yea, the whole human race in a certain sense, since we were all concerned in that murder; but certainly the immediate persons, upon whom that prayer was poured like precious nard, were those who there and then were committing the brutal act of fastening him to the accursed tree” (= Saya percaya bahwa itu merupakan doa yang jangkauannya jauh, yang mencakup ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Pilatus dan Herodes, orang Yahudi dan orang non Yahudi - ya, seluruh umat manusia dalam arti tertentu, karena kita semua tersangkut dalam pembunuhan itu; tetapi pasti orang-orang yang langsung didoakan oleh doa yang seperti minyak wangi yang mahal itu, adalah mereka yang ada di sana pada saat itu dan sedang melakukan tindakan brutal dengan memakukan Dia pada salib yang terkutuk) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 483.
C. H. Spurgeon: “for, though we were not there, and we did not actually put Jesus to death, yet we really caused his death, and we, too, crucified the Lord of glory; and his prayer for us was, ‘Father, forgive them, for they know not what they do.’” (= karena, sekalipun kita tidak ada di sana, dan tidak betul-betul membunuh Yesus, tetapi kita sungguh-sungguh menyebabkan kematianNya, dan kita juga menyalibkan Tuhan kemuliaan; dan doanya untuk kita adalah: ‘Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 6, hal 472.
Catatan: Saya tak setuju dengan pandangan Spurgeon ini.
2. Ada juga yang membatasi orang-orang yang didoakan oleh Yesus.
Tetapi tetap saja ada perdebatan dalam kelompok ini berkenaan dengan siapa yang tercakup dan yang tidak tercakup dalam doa Yesus ini.
Barnes’ Notes: “The prayer was offered for those who were guilty of putting him to death. It is not quite certain whether he referred to the ‘Jews’ or ‘to the Roman soldiers.’ Perhaps he referred to both” (= Dia itu dinaikkan bagi mereka yang bersalah membunuh Dia. Tidak pasti apakah Ia memaksudkan ‘orang-orang Yahudi’ atau ‘para tentara Romawi’. Mungkin Ia memaksudkan keduanya).
David Gooding: “it was prayed on behalf of the soldiers who in all truthfulness did not know what they were doing. False sentiment must not lead us to extend the scope of his prayer beyond his intention. To pray forgiveness for a man who knows quite well what he is doing and has no intention of either stopping or repenting would be immoral: it would amount to condoning, if not conniving at, his sin. Christ certainly did not do that” (= itu didoakan demi para tentara yang memang tidak tahu apa yang mereka lakukan. Sentimen yang salah tidak boleh membimbing kita untuk memperluas jangkauan doanya lebih dari yang Ia maksudkan. Mendoakan pengampunan untuk seseorang yang tahu dengan baik apa yang ia lakukan dan tidak bermaksud untuk berhenti atau bertobat merupakan sesuatu yang tidak bermoral: itu berarti mengabaikan, jika bukannya pura-pura tidak melihat, pada dosanya. Kristus pasti tidak melakukan hal itu) - ‘According to Luke’, hal 342.
Catatan:
· saya tidak setuju dengan bagian yang saya garis-bawahi dari kata-kata David Gooding ini, karena maksud Kristus dengan doa itu tentu bukanlah supaya orang-orang itu ‘diampuni tanpa pertobatan’, tetapi supaya mereka ‘diampuni melalui pertobatan’.
· juga saya tak setuju dengan pandangannya bahwa mendoakan seseorang yang tahu kesalahan yang ia lakukan, dan tidak punya niat untuk bertobat, merupakan suatu tindakan yang tidak bermoral.
A. T. Robertson: “Jesus evidently is praying for the Roman soldiers, who were only obeying, but not for the Sanhedrin” (= Yesus jelas sedang berdoa untuk para tentara Romawi, yang hanya mentaati perintah, bukan untuk Sanhedrin) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 2, hal 285.
Calvin: “It is probable, however, that Christ did not pray for all indiscriminately, but only for the wretched multitude, who were carried away by inconsiderate zeal, and not by premeditated wickedness. For since the scribes and priests were persons in regard to whom no ground was left to hope, it would have been in vain for him to pray for them” (= Tetapi adalah mungkin bahwa Kristus tidak berdoa untuk semua tanpa pandang bulu, tetapi hanya untuk orang banyak yang buruk / hina / jahat, yang dipengaruhi / diseret oleh semangat tanpa pemikiran, dan bukan oleh kejahatan yang direncanakan lebih dulu. Karena ahli-ahli Taurat dan imam-imam adalah orang-orang yang tidak punya harapan, adalah sia-sia bagiNya untuk berdoa untuk mereka) - hal 301.
Sukar untuk menetapkan batasan dari doa itu, tetapi memang kata-kata ‘sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’ ditambahkan oleh Yesus, pasti memang untuk membatasi orang-orang yang Ia doakan dengan doa tersebut. Para tentara memang tidak tahu apa yang mereka lakukan; mereka menyalibkan Yesus hanya karena menuruti perintah atasan mereka. Dan bahkan sebagian para tokoh Yahudi, sekalipun mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah sesuatu yang jahat, tetapi mereka tidak mengetahui sepenuhnya kejahatan mereka.
William Hendriksen: “the soldiers certainly did not know. But even the members of the Sanhedrin, though they must have known that what they were doing was wicked, did not comprehend the extent of that wickedness” (= para tentara pasti tidak tahu. Tetapi bahkan anggota-anggota dari Sanhedrin, sekalipun mereka pasti tahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah jahat, tetapi mereka tidak mengerti sepenuhnya luas / tingkat dari kejahatan itu) - hal 1028.
Orang-orang yang menyalibkan Yesus, bukannya tidak tahu bahwa mereka melakukan dosa, atau bahwa mereka menyalibkan orang yang tidak bersalah. Mereka hanya tidak tahu bahwa mereka menyalibkan Mesias / Juruselamat / Allah yang menjadi manusia. Mereka memang telah mendengar tentang hal-hal ini, tetapi mereka tidak mempercayainya dan itu dianggap sebagai ‘tidak menyetahuinya’.
Ini terlihat dari beberapa ayat di bawah ini :
· Kis 3:14-17 - “(14) Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. (15) Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi. (16) Dan karena kepercayaan dalam Nama Yesus, maka Nama itu telah menguatkan orang yang kamu lihat dan kamu kenal ini; dan kepercayaan itu telah memberi kesembuhan kepada orang ini di depan kamu semua. (17) Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu”.
Catatan: kata ‘semua’ (yang saya cetak miring) seharusnya tidak ada! Bandingkan dengan NIV: ‘as did your leaders’ (= seperti pemimpin-pemimpinmu), dan dengan NASB: ‘just as your rulers did also’ (= sama seperti yang dilakukan pemimpin-pemimpinmu juga).
· Kis 13:27 - “Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat”.
KJV: ‘they knew him not’ (= mereka tidak mengenalNya).
RSV: ‘did not recognize him’ (= tidak mengenaliNya).
NASB: ‘recognizing neither Him’ (= tidak mengenaliNya).
NIV: ‘did not recognize Jesus’ (= tidak mengenali Yesus).
· Ada juga yang menambahkan 1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia”.
Tetapi kalau dilihat kontextnya, maka kata ‘nya’ di sini bukan menunjuk kepada Yesus, tetapi pada ‘hikmat Allah’.
1Kor 2:6-8 - “(6) Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. (7) Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. (8) Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia”.
Catatan: Tetapi tetap ada pro dan kontra, apakah kata ‘nya’ dalam 1Kor 2:8 itu menunjuk pada ‘hikmat Allah / surgawi’ atau kepada ‘Yesus’. Matthew Henry dan A. T. Robertson menganggap bahwa kata ‘nya’ di sini menunjuk kepada ‘hikmat Allah / surgawi’, tetapi Albert Barnes menganggap kata ‘nya’ itu menunjuk kepada Yesus.
Pulpit Commentary: “It was ignorance on the part of many which led to this great crime, but culpable ignorance. They should have known better” (= Merupakan ketidak-tahuan pada pihak dari banyak orang yang membimbing pada kejahatan yang besar ini, tetapi ini merupakan ketidak-tahuan yang bersalah / patut dicela. Mereka seharusnya mengetahui dengan lebih baik) - hal 264.
Memang ada ketidak-tahuan yang sungguh-sungguh, yang boleh dikatakan bukan merupakan kesalahan dari orang itu. Misalnya seandainya mereka tinggal di hutan belantara, maka ketidak-tahuan mereka tentang Yesus tentu tak bisa disalahkan. Tetapi karena mereka tinggal di sekitar Yesus, dan mendengar ajaran / claimNya, dan juga mereka mempunyai Perjanjian Lama yang banyak menubuatkan tentang Yesus, maka ketidak-tahuan mereka merupakan ketidak-tahuan yang bersalah / patut dikecam.
Lenski: “Were Caiaphas and Pilate included? We prefer not to pass judgment on individuals, for God alone knows the hearts and to what degree they sin against better knowledge” (= Apakah Kayafas dan Pilatus termasuk? Kami memilih untuk tidak menghakimi individu-individu, karena hanya Allah yang mengetahui hati dan sampai sejauh mana mereka berbuat dosa terhadap pengetahuan yang lebih baik) - hal 1133-1134.
Tetapi ada satu hal yang saya pikirkan, yang entah mengapa tidak pernah dibicarakan oleh para penafsir, yaitu tentang mereka yang menghujat Roh Kudus dan dikatakan tidak bisa diampuni (Mat 12:31-32), yang mungkin sekali juga hadir pada saat itu. Kalau itu benar, maka secara intelektual mereka tahu bahwa Yesus adalah Mesias / Anak Allah, dan karena itu Kristus pasti tidak berdoa untuk mereka. Bandingkan juga dengan 1Yoh 5:16 - “Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa”.
b) Contoh pengampunan terhadap orang yang berdosa dalam ketidak-tahuan.
1Tim 1:13 - “aku (Paulus) yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”.
c) Yesus tidak berdoa untuk mereka yang tahu apa yang mereka perbuat. Apakah itu berarti dosa sengaja tak bisa diampuni?
I. Howard Marshall (NICNT) mengatakan bahwa dalam Perjanjian Lama ada pembedaan tentang dosa yang tidak disadari / tidak disengaja, untuk mana disediakan pengampunan, dan dosa yang disengaja, untuk mana tidak disediakan pengampunan. Yang terakhir ini hanya bisa ditebus oleh kematian dari orang yang berdosa itu.
Untuk dosa-dosa yang tidak disadari / tidak disengaja, perhatikan ayat-ayat ini :
· Im 4:2 - “‘Katakanlah kepada orang Israel: Apabila seseorang tidak dengan sengaja berbuat dosa dalam sesuatu hal yang dilarang TUHAN dan ia memang melakukan salah satu dari padanya,”.
Im 4:3b menunjukkan adanya korban untuk dosa ini sehingga dosa itu bisa diampuni.
· Im 4:13 - “Jikalau yang berbuat dosa dengan tak sengaja itu segenap umat Israel, dan jemaah tidak menyadarinya, sehingga mereka melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN, dan mereka bersalah,”.
Im 4:14nya menunjukkan adanya korban untuk dosa ini sehingga dosa itu bisa diampuni.
· Im 4:22 - “Jikalau yang berbuat dosa itu seorang pemuka yang tidak dengan sengaja melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN, Allahnya, sehingga ia bersalah,”.
Im 4:23bnya menunjukkan adanya korban untuk dosa ini sehingga dosa itu bisa diampuni.
· Im 4:27 - “Jikalau yang berbuat dosa dengan tak sengaja itu seorang dari rakyat jelata, dan ia melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN, sehingga ia bersalah,”.
Im 4:28bnya menunjukkan adanya korban untuk dosa ini sehingga dosa itu bisa diampuni.
· Im 5:2-6,9,14-15,17-19 - “(2) Atau bila seseorang kena kepada sesuatu yang najis, baik bangkai binatang liar yang najis, atau bangkai hewan yang najis, atau bangkai binatang yang mengeriap yang najis, tanpa menyadari hal itu, maka ia menjadi najis dan bersalah. (3) Atau apabila ia kena kepada kenajisan berasal dari manusia, dengan kenajisan apapun juga ia menjadi najis, tanpa menyadari hal itu, tetapi kemudian ia mengetahuinya, maka ia bersalah. (4) Atau apabila seseorang bersumpah teledor dengan bibirnya hendak berbuat yang buruk atau yang baik, sumpah apapun juga yang diucapkan orang dengan teledor, tanpa menyadari hal itu, tetapi kemudian ia mengetahuinya, maka ia bersalah dalam salah satu perkara itu. (5) Jadi apabila ia bersalah dalam salah satu perkara itu, haruslah ia mengakui dosa yang telah diperbuatnya itu, (6) dan haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN sebagai tebusan salah karena dosa itu seekor betina dari domba atau kambing, menjadi korban penghapus dosa. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosanya. ... (9) Sedikit dari darah korban penghapus dosa itu haruslah dipercikkannya ke dinding mezbah, tetapi darah selebihnya haruslah ditekan ke luar pada bagian bawah mezbah; itulah korban penghapus dosa. ... (14) TUHAN berfirman kepada Musa: (15) ‘Apabila seseorang berubah setia dan tidak sengaja berbuat dosa dalam sesuatu hal kudus yang dipersembahkan kepada TUHAN, maka haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN sebagai tebusan salahnya seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, dinilai menurut syikal perak, yakni menurut syikal kudus, menjadi korban penebus salah. ... (17) Jikalau seseorang berbuat dosa dengan melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya, maka ia bersalah dan harus menanggung kesalahannya sendiri. (18) Haruslah ia membawa kepada imam seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, sebagai korban penebus salah. Imam itu haruslah mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu, sehingga ia menerima pengampunan. (19) Itulah korban penebus salah; orang itu sungguh bersalah terhadap TUHAN.’”
· Im 22:14 - “Apabila seseorang dengan tidak sengaja memakan persembahan kudus, ia harus memberi gantinya kepada imam dengan menambah seperlima.”
· Bil 15:22-29 - “(22) ‘Apabila kamu dengan tidak sengaja melalaikan salah satu dari segala perintah ini, yang telah difirmankan TUHAN kepada Musa, (23) yakni dari segala yang diperintahkan TUHAN kepadamu dengan perantaraan Musa, mulai dari hari TUHAN memberikan perintah-perintahNya dan seterusnya turun-temurun, (24) dan apabila hal itu diperbuat di luar pengetahuan umat ini, tidak dengan sengaja, maka haruslah segenap umat mengolah seekor lembu jantan muda sebagai korban bakaran menjadi bau yang menyenangkan bagi TUHAN, serta dengan korban sajiannya dan korban curahannya, sesuai dengan peraturan; juga seekor kambing jantan sebagai korban penghapus dosa. (25) Maka haruslah imam mengadakan pendamaian bagi segenap umat Israel, sehingga mereka beroleh pengampunan, sebab hal itu terjadi tidak dengan sengaja, dan karena mereka telah membawa persembahan-persembahan mereka sebagai korban api-apian bagi TUHAN, juga korban penghapus dosa mereka di hadapan TUHAN, karena hal yang tidak disengaja itu. (26) Segenap umat Israel akan beroleh pengampunan, juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu, karena hal itu dilakukan oleh seluruh bangsa itu dengan tidak sengaja. (27) Apabila satu orang saja berbuat dosa dengan tidak sengaja, maka haruslah ia mempersembahkan kambing betina berumur setahun sebagai korban penghapus dosa; (28) dan imam haruslah mengadakan pendamaian di hadapan TUHAN bagi orang yang dengan tidak sengaja berbuat dosa itu, sehingga orang itu beroleh pengampunan karena telah diadakan pendamaian baginya. (29) Baik bagi orang Israel asli maupun bagi orang asing yang tinggal di tengah-tengah kamu, satu hukum saja berlaku bagi mereka berkenaan dengan orang yang berbuat dosa dengan tidak sengaja”.
Sedangkan untuk dosa sengaja, yang tidak disediakan cara untuk mendapatkan pengampunan, perhatikan ayat-ayat ini:
Bil 15:30-31 - “(30) Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja, baik orang Israel asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya, (31) sebab ia telah memandang hina terhadap firman TUHAN dan merombak perintahNya; pastilah orang itu dilenyapkan, kesalahannya akan tertimpa atasnya.’”.
Victor P. Hamilton (‘Handbook on the Pentateuch’, hal 260-262) mengatakan bahwa dari ayat-ayat Perjanjian Lama yang menunjukkan adanya korban hanya untuk dosa-dosa yang tidak disengaja / tidak disadari, maka ada orang-orang yang menyimpulkan bahwa:
1. Dalam Perjanjian Lama dosa yang bisa diampuni memang hanyalah dosa-dosa yang tidak disengaja / tidak diketahui. Sedangkan orang-orang yang melakukan dosa-dosa yang disengaja harus dihukum mati (hal 259-260). Bdk. Bil 15:27-31 yang seolah-olah menekankan hal itu secara explicit.
2. Ini menunjukkan kesuperioran korban Kristus dibandingkan dengan korban-korban dalam Perjanjian Lama, karena korban Kristus bisa mengampuni bukan hanya dosa-dosa yang tidak disengaja, tetapi juga dosa-dosa yang disengaja.
Pulpit Commentary (tentang Bil 15:30): “No provision was made under the Law for the pardon of a wilful sin against God - a sin of defiance. Thus the Law brought no satisfaction to the tender conscience, but rather conviction of sin, and longing for a better covenant. Herein is at once contrast and likeness: contrast, in that the gospel hath forgiveness for all sin and wickedness” (= Tidak ada persediaan yang dibuat di bawah hukum Taurat untuk pengampunan terhadap dosa sengaja terhadap Allah - suatu dosa yang menantang. Jadi, hukum Taurat tidak membawa pemuasan kepada hati nurani yang lembut, tetapi keyakinan / kesadaran akan dosa, dan kerinduan / keinginan pada suatu perjanjian yang lebih baik. Di sini sekaligus ada suatu kontras dan persamaan. Kontras, dalam hal bahwa injil mempunyai pengampunan untuk semua dosa dan kejahatan) - hal 184.
Bdk. Kis 13:39 - “Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa”.
Tetapi Victor P. Hamilton tidak setuju dengan kesimpulan seperti ini, dan ia mengatakan bahwa pernyataan bahwa dalam Perjanjian Lama hanya dosa-dosa yang tidak disengaja yang bisa diampuni juga merupakan sesuatu yang harus dipertanyakan kebenarannya. Alasannya:
a. Kalau kita melihat Im 6:1-7, maka tidak mungkin kita menyimpulkan bahwa yang dibicarakan di sini adalah dosa-dosa yang tidak disengaja.
Im 6:1-7 - “(1) TUHAN berfirman kepada Musa: (2) ‘Apabila seseorang berbuat dosa dan berubah setia terhadap TUHAN, dan memungkiri terhadap sesamanya barang yang dipercayakan kepadanya, atau barang yang diserahkan kepadanya atau barang yang dirampasnya, atau apabila ia telah melakukan pemerasan atas sesamanya, (3) atau bila ia menemui barang hilang, dan memungkirinya, dan ia bersumpah dusta - dalam perkara apapun yang diperbuat seseorang, sehingga ia berdosa - (4) apabila dengan demikian ia berbuat dosa dan bersalah, maka haruslah ia memulangkan barang yang telah dirampasnya atau yang telah diperasnya atau yang telah dipercayakan kepadanya atau barang hilang yang ditemuinya itu, (5) atau segala sesuatu yang dimungkirinya dengan bersumpah dusta. Haruslah ia membayar gantinya sepenuhnya dengan menambah seperlima; haruslah ia menyerahkannya kepada pemiliknya pada hari ia mempersembahkan korban penebus salahnya. (6) Sebagai korban penebus salahnya haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, menjadi korban penebus salah, dengan menyerahkannya kepada imam. (7) Imam harus mengadakan pendamaian bagi orang itu di hadapan TUHAN, sehingga ia menerima pengampunan atas perkara apapun yang diperbuatnya sehingga ia bersalah.’”.
Perhatikan bagian yang saya beri garis bawah tunggal. Itu tidak mungkin dianggap sebagai dosa-dosa yang tidak disengaja! Tetapi perhatikan ay 6-7nya, yang saya beri garis bawah ganda! Toh ada korban untuk dosa-dosa seperti itu, sehingga dosa-dosa seperti itu bisa diampuni.
b. Terjemahan dari Bil 15:30 itu salah secara cukup fatal!
Bil 15:30-31 - “(30) Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja, baik orang Israel asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya, (31) sebab ia telah memandang hina terhadap firman TUHAN dan merombak perintahNya; pastilah orang itu dilenyapkan, kesalahannya akan tertimpa atasnya.’”.
Kata-kata ‘dengan sengaja’ itu salah terjemahan!
KJV: ‘presumptuously’ (= dengan sombong / angkuh).
RSV: ‘with a high hand’ (= dengan tangan teracung).
NIV/NASB: ‘defiantly’ (= dengan menantang).
Ini kesalahan penterjemahan yang cukup fatal, karena penterjemahan ini penting untuk menafsirkan apa yang dimaksud dengan ‘dosa senagaja dan tidak disengaja’ itu!
Kelihatannya, karena Bil 15:22-31 mengkontraskan dosa yang tidak disengaja dengan dosa yang dilakukan dengan angkuh / menantang Tuhan, maka harus ditafsirkan bahwa asal orangnya tidak berbuat dosa dengan sikap menantang Tuhan, maka itu dianggap sebagai dosa dengan tidak sengaja.
Victor P. Hamilton lalu menyimpulkan bahwa dalam Perjanjian Lama bukan orang yang melakukan dosa sengaja, tetapi orang yang tidak bertobat, yang tidak bisa diampuni (hal 261-262).
Sekarang, mari kita kembali pada persoalan kita. Mungkinkah dosa sengaja merupakan dosa yang tidak bisa diampuni?
I. Howard Marshall (NICNT): “Let it be plainly said that if there were no forgiveness for deliberate sins, then we would all be under God’s condemnation, for which of us has not sinned deliberately since our conversion and new birth?” (= Hendaklah dikatakan dengan jelas bahwa seandainya tidak ada pengampunan untuk dosa-dosa sengaja, maka semua orang akan berada di bawah penghukuman Allah, karena siapa dari kita yang tidak berbuat dosa dengan sengaja sejak pertobatan dan kelahiran baru kita?) - hal 248.
4) Apakah doa Yesus ini dijawab / dikabulkan oleh Allah / Bapa?
a) Jelas bahwa ada orang-orang yang Yesus doakan, yang lalu bertobat.
Sebagian jawaban adalah bahwa kehancuran Yerusalem tidak segera terjadi. Lalu Injil diberitakan kepada mereka, dan banyak dari mereka betul-betul dibawa kepada Tuhan dan diselamatkan. Pada hari Pentakosta 3000 orang Yahudi bertobat dan diselamatkan (Kis 2:41-42), dan lalu menjadi 5000 orang (Kis 4:4). Dan dalam Kis 6:7 dikatakan “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya”.
Calvin: “Nor can it be doubted that this prayer was heard by the heavenly Father, and that this was the cause why many of the people afterwards drank by faith the blood which they had shed” (= Tidak bisa diragukan bahwa doa ini didengar oleh Bapa surgawi, dan bahwa ini adalah penyebab mengapa banyak dari bangsa itu belakangan meminum dengan iman darah yang telah mereka curahkan) - hal 301.
Matthew Henry: “This prayer of Christ was answered not long after, when many of those that had a hand in his death were converted by Peter’s preaching” (= Doa Kristus ini dijawab tidak lama setelahnya, pada waktu banyak dari mereka yang ikut membunuh Yesus bertobat oleh khotbah Petrus).
Arthur W. Pink: “Here then is the Divine explanation of the three thousand converted under a single sermon. It was not Peter’s eloquence which was the cause but the Saviour’s prayer” (= Di sinilah penjelasan Ilahi tentang 3.000 orang yang bertobat oleh 1 khotbah. Bukan kefasihan Petrus yang merupakan penyebab tetapi doa dari sang Juruselamat) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 11.
b) Tetapi apakah semua orang untuk siapa Yesus berdoa pada saat ini, akhirnya bertobat dan diampuni?
John Owen mengatakan (‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 177) bahwa Bapa selalu mendengar doa Anak / Yesus, dan ini ditunjukkan dalam 2 text Kitab Suci di bawah ini:
· Yoh 11:42 - “Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku”.
· Maz 2:7-8 - “(7) Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. (8) Mintalah kepadaKu, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu”.
Jadi, bagaimana? Haruskah kita beranggapan bahwa semua orang yang Yesus doakan saat itu betul-betul bertobat? Bukankah kelihatannya tidak memungkinkan untuk mengambil pandangan seperti itu?
Atau, karena dalam Yoh 17:9,20 Yesus berdoa hanya untuk orang-orang pilihan saja, mungkin berdasarkan ayat-ayat itu kita harus menafsirkan bahwa dalam doa Yesus di kayu salib itu, Ia tidak berdoa untuk orang-orang non pilihan. Dengan demikian semua orang yang Ia doakan memang bertobat.
Bdk. Yoh 17:9,20 - “(9) Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu ... (20) Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka”.
5) Kata-kata ini merupakan teladan bagi kita.
Matthew Henry: “This is written also for example to us. ... We must pray for our enemies, and those that hate and persecute us, must extenuate their offences, and not aggravate them as we must our own” (= Ini dituliskan juga sebagai teladan bagi kita. ... Kita harus berdoa untuk musuh-musuh kita, dan mereka yang membenci dan menganiaya kita, kita harus memperlunak / memperingan pelanggaran-pelanggaran mereka, dan tidak memperburuknya sebagaimana kita harus melakukannya pada pelanggaran-pelanggaran kita sendiri).
Barclay: “When the unforgiving spirit is threatening to turn our hearts to bitterness, let us hear again our Lord asking forgiveness for those who crucified him and his servant Paul saying to his friends, ‘Be kind to one another, tender-hearted, forgiving one another, as God in Christ forgave you.’ (Ephesians 4:32.)” [= Pada waktu roh yang tidak mengampuni sedang mengancam untuk membelokkan hati kita pada kepahitan, hendaklah kita mendengar lagi Tuhan kita meminta pengampunan bagi mereka yang menyalibkanNya dan hambaNya Paulus berkata kepada teman-temannya: ‘hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu’ (Ef 4:32)] - hal 285.
-AMIN-
Source :
http://golgothaministry.org/7kalimat/7kalimatsalib01a.htm
http://golgothaministry.org/7kalimat/7kalimatsalib01b.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar