Oleh Pdt. Budi Asali, M.Div
Mat 27:46 - “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.
Mark 15:34 - “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.
1) Ini merupakan penggenapan dari Maz 22:2a.
Maz 22:2a - “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?”.
a) Dalam Maz 22:2, kata-kata ini berlaku untuk diri Daud sendiri,
Matthew Henry (tentang Maz 22:2): “This may be applied to David, or any other child of God, in the want of the tokens of his favour, pressed with the burden of his displeasure, roaring under it, as one overwhelmed with grief and terror, crying earnestly for relief, and, in this case, apprehending himself forsaken of God, unhelped, unheard, yet calling him, again and again, ‘My God,’ and continuing to cry day and night to him and earnestly desiring his gracious returns. Note, (1.) Spiritual desertions are the saints’ sorest afflictions; when their evidences are clouded, divine consolations suspended, their communion with God interrupted, and the terrors of God set in array against them, how sad are their spirits, and how sapless all their comforts! (2.) even their complaint of these burdens is a good sign of spiritual life and spiritual senses exercised. To cry out, ‘My God, why am I sick? Why am I poor?’ would give cause to suspect discontent and worldliness. But, Why has though forsaken me? is the language of a heart binding up its happiness in God’s favour. (3.) when we are lamenting God’s withdrawings, yet still we must call him our God, and continue to call upon him as ours. When we want the faith of assurance we must live by a faith of adherence. ‘However it be, yet God is good, and he is mine; though he slay me, yet I trust in him; though he do not answer me immediately, I will continue praying and waiting; though he be silent, I will not be silent.’” (= ).
b) Tetapi karena Kristus mengutip kata-kata ini pada saat Ia berada di kayu salib, maka jelas bahwa kata-kata ini juga merupakan suatu nubuat tentang Dia.
Kalau kita membaca Maz 22:1-19, maka akan lebih jelas lagi bahwa boleh dikatakan seluruh Mazmur ini berbicara tentang Kristus atau menubuatkan tentang Kristus. Perhatikan khususnya ay 2,8-9,16,17,19.
Maz 22:1-19 - “(1) Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Rusa di kala fajar. Mazmur Daud. (2) Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. (3) Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. (4) Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel. (5) KepadaMu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka. (6) KepadaMu mereka berseru-seru, dan mereka terluput; kepadaMu mereka percaya, dan mereka tidak mendapat malu. (7) Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak. (8) Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: (9) ‘Ia menyerah kepada TUHAN; biarlah Dia yang meluputkannya, biarlah Dia yang melepaskannya! Bukankah Dia berkenan kepadanya?’ (10) Ya, Engkau yang mengeluarkan aku dari kandungan; Engkau yang membuat aku aman pada dada ibuku. (11) KepadaMu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam kandungan ibuku Engkaulah Allahku. (12) Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong. (13) Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari Basan mengepung aku; (14) mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum. (15) Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; (16) kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. (17) Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. (18) Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. (19) Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku”.
Adam Clarke (tentang Maz 22:2): “On the subject of the Psalm itself, there is considerable diversity of opinion: 1. Some referring it all to David; 2. Others referring it all to Christ; and, 3. Some, because of the application of several verses of it to our Lord in his sufferings, take a middle way, and apply it primarily to David, and in a secondary or accommodated sense, to Christ” (= ).
Clarke sendiri memilih pandangan ke 3.
Adam Clarke: “I think, with a little correction, it is the only safe one. That several parts of it relate to David, primarily, there is very little reason to doubt, that several passages may be applied by way of accommodation to our Lord, though originally belonging to and expressing the state of David, may be piously believed; and that it contains portions which are direct prophecies of our Lord’s passion, death, and victory, appears too evident to be safely denied” (= ).
Barnes’ Notes: “It is not necessary, however, to suppose that David, though he was the author of the psalm, refers to himself. If it be admitted that he was inspired, or even if ‘this’ should be doubted, it would still be an open question to whom the psalm refers - whether to himself as an individual; - whether to an ‘imaginary’ sufferer, designing to illustrate the feelings of piety in a time of sorrow; whether to the people of God, considered collectively; or whether to the Messiah. The mere fact of the ‘authorship’ of the psalm determines none of these questions. It is not known, and it cannot now be determined, on what occasion the psalm was written. It is expressive of the feelings of a pious sufferer, - of one who appears to be forsaken by God and by man. Perhaps there may have been occasions in the life of David to which the expressions in the psalm may have been applicable; but if so, it is impossible now to determine on which ‘one’ of these trials of his life the psalm was composed. There is no one period in which, from the historical records of his life, we could be able to make out all the circumstances which are mentioned in the psalm. There are, however, expressions in it which in their intensity, as expressing wretchedness and woe, seem to go beyond anything that occurred in his experience, and which lead naturally to the question whether he did not refer to some other than himself” (= ).
Wycliffe Bible Commentary: “the words are peculiarly appropriate of the suffering Messiah, although in their primary meaning they are based on some experience of the psalmist” (= ).
Barnes’ Notes: “
Psalms 22:1 PP40
An examination of the objections to the interpretation which refers the psalm to the Messiah, may be found in Hengstenberg's Christology, vol. i, pp. 145-147.
(from Barnes' Notes)” (= ).
c) Perbedaan antara Maz 22:2, Mat 27:46 dan Mark 15:34.
Sebetulnya perbedaan ini terjadi hanya karena bahasa yang berbeda.
Maz 22:2 - ‘Eli, Eli, lama azavtani?’
(Ibrani)
Mat 27:46 - ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’
(Ibrani) (Aramaic)
Mark 15:34 - ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’
(Aramaic)
Barnes’ Notes (tentang Mat 27:46): “‘Eli, Eli ...’. This language is not pure Hebrew nor Syriac, but a mixture of both, called commonly ‘Syro-Chaldaic.’ This was probably the language which the Saviour commonly spoke. The words are taken from Ps. 22:1” (= ).
2) Ada beberapa penafsiran tentang arti kalimat ini:
a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah:
· perasaan Yesus saja (bahasa jawa: Yesus kroso-krosoen), atau,
· doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,
· perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.
Keberatan terhadap pandangan ini: kalau demikian Yesus tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa!
b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.
Dasar: Yesus berkata ‘AllahKu’, bukan ‘BapaKu’.
Keberatan terhadap pandangan ini:
1. Dalam Luk 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’.
2. Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manusia, yang lalu mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Seandainya terjadi perpisahan antara Allah Anak dan manusia Yesus, maka yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak mungkin, karena hakekat manusia tidak bisa berada sendirian!
Catatan: untuk mengerti hal ini sepenuhnya, bacalah buku saya yang berjudul ‘CHRISTOLOGY’.
3. Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!
Maz 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya”.
Maz 49:8-9 (NIV - Ps 49:6-7): “(7) No man can redeem the life of another or give to God a ransom for him - (8) the ransom for a life is costly, no payment is ever enough” [= (7) Tak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia - (8) tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tak ada pembayaran yang bisa mencukupi].
Jadi, ayat ini mengatakan bahwa manusia tak bisa menebus manusia lain. Jadi, seandainya Yesus mati hanya sebagai manusia saja, maka Ia tidak bisa menebus dosa kita.
Adam Clarke: “Some suppose ‘that the divinity had now departed from Christ, and that his human nature was left unsupported to bear the punishment due to men for their sins.’ But this is by no means to be admitted, as it would deprive his sacrifice of its infinite merit, and consequently leave the sin of the world without an atonement. Take deity away from any redeeming act of Christ, and the redemption is ruined” (= Sebagian orang menganggap ‘bahwa keilahian sekarang telah pergi dari Kristus, dan bahwa hakekat manusiaNya ditinggalkan tanpa dukungan untuk memikul hukuman yang seharusnya bagi manusia untuk dosa-dosa mereka’. Tetapi ini sama sekali tidak boleh diterima, karena itu akan mencabut / menghilangkan manfaat yang tak terbatas dari pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa dari dunia ditinggalkan tanpa penebusan. Ambillah keilahian dari tindakan penebusan Kristus, dan penebusan itu dihancurkan).
c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manusia.
Wycliffe Bible Commentary: “The full import of this cry cannot be fathomed. But certainly its basis lay not in the physical suffering primarily, but in the fact that for a time Jesus was made sin for us (2 Cor 5:21); and in paying the penalty as the sinner’s substitute, he was accursed of God (Gal 3:13). God as Father did not forsake him (Lk 23:46); but God as Judge had to be separated from him if he was to experience spiritual death in the place of sinful men” (= ).
Catatan: saya meragukan kalimat yang saya garis-bawahi.
Keberatan terhadap pandangan ini: terjadi perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.
Jawaban atas keberatan ini:
1. Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya.
Word Biblical Commentary: “Jesus as the sin-bearing sacrifice (cf. 1:21; 20:28; 26:28) must endure the temporary abandonment of his Father, i.e., separation from God. Horrible as this would be for any creature of God, when it concerns one who is uniquely the Son of God (cf. 1:23; ; 11:27; 14:33; 16:16; 26:63–64), not to use later trinitarian language (28:19), it is impossible to assess what this may have meant to Jesus. This is one of the most impenetrable mysteries of the entire Gospel narrative” (= ).
2. Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada di sana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja.
Memang hancurnya hubungan / persekutuan antara Allah dan manusia merupakan hukuman dosa, dan hukuman inilah yang dipikul oleh Kristus!
Bagusnya pandangan ini:
· Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.
· Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia, maka penebusannya mempunyai kuasa yang tak terbatas!
Catatan: ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas), karena yang di sini dibicarakan adalah kuasa penebusan yang tak terbatas, sedangkan dalam doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas) itu yang dianggap terbatas adalah design / tujuan dari penebusan itu.
3) Sedih, tetapi tetap beriman.
Kata ‘mengapa’ dalam ay 46 ini tidak menunjukkan bahwa Kristus betul-betul tidak tahu apa sebabnya Ia ditinggalkan oleh BapaNya, tetapi hanya merupakan ungkapan kesedihan karena Ia ditinggal oleh BapaNya.
Tetapi kata ‘AllahKu’ yang diulang sampai 2 x, menunjukkan bahwa dalam kesedihan terdalam itu, Ia tetap beriman dan berpegang kepada BapaNya.
Arthur W. Pink: “It was a cry of distress but not of distrust. God had withdrawn from Him, but mark how His soul still cleaves to God” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 75.
Arthur W. Pink: “O what an example has the Saviour left His people! It is comparatively easy to trust God while the sun is shining, the test comes when all is dark. But a faith that does not rest on God in adversity as well as in prosperity is not the faith of God’s elect: ... Fellow-Christian, all may be dark with thee, you may no longer behold the light of God’s countenance. Providence seems to frown upon you, notwithstanding, say still ‘Eli, Eli, My God, My God.’” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 76-77.
4) Ini merupakan penderitaan terberat bagi Yesus
Matthew Henry: “that Christ’s being forsaken of his Father was the most grievous of his sufferings, and that which he complained most of. Here he laid the most doleful accents; he did not say, ‘Why am I scourged? And why spit upon? And why nailed to the cross?’ Nor did he say to his disciples, when they turned their back upon him, ‘Why have ye forsaken me?’ But when his Father stood at a distance, he cried out thus” (= ).
Ini merupakan terberat, karena:
a) Ini merupakan penderitaan rohani.
Setiap orang yang pernah mengalami penderitaan rohani tahu bahwa penderitaan rohani lebih berat dari penderitaan jasmani.
b) Yesus selalu dekat dengan BapaNya, tetapi sekarang harus terpisah.
1. Orang yang berdosa / orang dunia memang tidak peduli kalau dirinya tidak mempunyai hubungan dengan Allah. Tetapi orang kristen, makin rohani orang itu, makin akan merasa berat kalau menjauh dari Bapa. Apalagi Yesus!
2. Makin 2 orang saling mengasihi, makin berat dan menyakitkan kalau terjadi perpisahan. Dan tidak ada 2 pribadi manapun yang kedekatannya seperti Yesus dengan Bapa!
c) Yesus ditinggal justru dipuncak penderitaanNya, yaitu pada saat Ia sedang menderita di atas kayu salib.
Biasanya orang-orang yang hampir mati syahid selalu merasakan kehadiran Allah. Contoh: Stephanus dalam Kis 7:56 - “Lalu katanya: ‘Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.’”.
Tetapi Yesus justru ditinggal oleh Allah pada saat seperti itu!
Matthew Henry: “When his soul was first troubled, he had a voice from heaven to comfort him (Jn. 12:27-28); when he was in his agony in the garden, there appeared an angel from heaven strengthening him; but now he had neither the one nor the other. God hid his face from him, and for awhile withdrew his rod and staff in the darksome valley” (= ).
Bandingkan dengan ayat-ayat ini:
· Yoh 12:27-28 - “(27) Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. (28) Bapa, muliakanlah namaMu!’ Maka terdengarlah suara dari sorga: ‘Aku telah memuliakanNya, dan Aku akan memuliakanNya lagi!’”.
· Luk 22:41-43 - “(41) Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kataNya: (42) ‘Ya BapaKu, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari padaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi." (43) Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya”.
Karena itu, jelas bahwa pada waktu Yesus mengalami ketakutan di taman Getsemani, sebetulnya bukan penderitaan fisik (cambuk, salib), penghinaan, keadaan ditinggal / dikhianati oleh murid-muridNya dsb yang Ia takuti, tetapi peristiwa inilah yang Ia takuti.
5) Mengapa Yesus harus mengalami semua ini? Tidak cukupkah penghinaan, pukulan, cambukan, penyaliban yang Ia terima?
Jawabnya: tidak cukup, karena:
a) Manusia terdiri dari tubuh dan roh. Karena itu Yesus harus mengalami penderitaan jasmani maupun rohani.
b) Karena dosa memisahkan Allah dan manusia.
Kej 3:23-24 - “(23) Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. (24) Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkanNyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan”.
Yes 59:1-2 - “(1) Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu”.
Mat 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya”.
2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya”.
Arthur W. Pink: “Sin excludes from God’s presence. That was the great lesson taught Israel. Jehovah’s throne was in their midst, yet was it not accessible. He abode between the cherubim in the holy of holies and into it none might come, saving the high priest, and he but one day in the year bearing blood with him. The Veil which hung both in the tabernacle and in the temple, barring access to the throne of God, witnessed to the solemn fact that sin separates from Him” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 69.
Karena itu kalau Yesus mau memikul hukuman dosa kita, Ia harus mengalami keterpisahan itu.
Keterpisahan dengan Bapa ini menyebabkan terjadinya hal-hal yang bertentangan dengan biasanya.
Arthur W. Pink: “The forsaking of the Redeemer by God was a solemn fact, ... Our Saviour’s position on the Cross was absolutely unique. This may readily be seen by contrasting His own words spoken during His public ministry with those uttered on the Cross itself. Formerly He said, ‘And I knew that Thou hearest Me always’ (John 11:42); now He cries, ‘O My God, I cry in the day time, but Thou hearest not’ (Psa. 22:2)! Formerly He said, ‘And He that sent Me is with Me; the Father hath not left Me alone’ (John 8:29); not e cries, ‘My God, My God, why hast thou forsaken Me’” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 75.
C. H. Spurgeon: “After all, beloved, the only solution of the mystery is this, Jesus Christ was forsaken of God because we deserved to be forsaken of God. He was there, on the cross, in our room, and place, and stead; and as the sinner, by reason of his sin, deserves not to enjoy the favour of God, so Jesus Christ, standing in the place of the sinner, and enduring that which would vindicate the justice of God, had to come under the cloud, as the sinner must have come, if Christ had not taken his place. But, then, since he has come under it, let us recollect that he was thus left of God that you and I, who believe in him, might never be left of God. Since he, for a little while, was separated from his Father, we may boldly cry, ‘Who shall separate us from the love of Christ?’ (Rom 8:35). and, with the apostle Paul, we may confidently affirm that nothing in the whole universe ‘shall be able to separate us from the love of God, which is in Christ, Jesus our Lord’ (Rom 8:39)” [= ] - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 4, hal 321.
6) Ini merupakan peristiwa yang menunjukkan keadilan dan kesucian Allah secara paling menyolok.
Arthur W. Pink: “Not all the thunderbolts of Divine judgment which were let loose in Old Testament times, not all the vials of wrath which shall yet be poured forth on an apostate Christendom during the unparalleled horrors of the Great Tribulation, not all the weeping and wailing and gnashing of teeth of the damned in the Lake of Fire ever gave, or ever will give such a demonstration of God’s inflexible justice and ineffable holiness, of His infinite hatred of sin, as did the wrath of God which flamed against His own Son on the Cross. ... This, then, is the true explanation of Calvary. God’s holy character could not do less than judge sin even though it be found on Christ Himself. At the Cross then God’s justice was satisfied and His holiness vindicated” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 72-73.
7) Karena Yesus sudah mengalami keterpisahan ini, maka:
a) Orang berdosa yang terpisah / tidak mempunyai hubungan dengan Allah, bisa diperdamaikan dengan Allah asal ia mau percaya kepada Yesus.
Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”.
2Kor 5:18-21 - “(18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Ef 2:13-19 - “(13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus. (14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, (15) sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, (16) dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. (17) Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’, (18) karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. (19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah”.
Penerapan: sudahkah saudara mempunyai hubungan atau berdamai dengan Allah? Datanglah dan percayalah kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, maka saudara akan diperdamaikan dengan Allah! Kalau saudara tidak mau, maka saudara adalah musuh Allah!
b) Orang kristen yang sudah diperdamaikan dengan Allah, tidak bisa lagi mengalami keterpisahan dari Allah, baik di dunia ini maupun di dalam kekekalan.
Ibr 13:5b - “Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.
Yoh 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”.
Ada beberapa ajaran yang bertentangan dengan doktrin ini:
1. Orang kristen yang berbuat dosa akan ditinggal oleh Roh Kudus, dan kalau ia bertobat ia harus mengundang Yesus untuk masuk ke dalam dirinya lagi.
Ini jelas adalah ajaran yang salah! Kita bisa merasa ditinggal oleh Allah, tetapi tidak bisa betul-betul ditinggal oleh Allah, karena Yesus sudah mengalami hal itu untuk kita!
2. Orang kristen bisa kehilangan keselamatannya. Ini berarti bahwa ia terpisah dari Allah dalam kekekalan. Ini lagi-lagi merupakan suatu ajaran yang salah, karena kita tak mungkin mengalami keterpisahan dari Allah karena hal ini sudah dialami oleh Yesus bagi kita!
Arthur W. Pink: “Here then is the basis of our Salvation. Our sins have been borne. God’s claims against us have been fully met. Christ was forsaken of God for a season that we might enjoy His presence for ever” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 80.
8) Kata-kata Kristus ini juga menunjukkan nasib dari orang-orang yang tidak percaya sampai akhir.
Arthur W. Pink: “The cry of the Saviour’s foretells the final condition of every lost soul-forsaken of God! ...this Cry of Christ’s witnesses to God’s hatred of sin. Because He is holy and just, God must judge sin wherever it is found. If then God spared not the Lord Jesus when sin was found on Him, what possible hope is there, unsaved reader, that He will spare thee when thou standest before Him at the great white throne with sin upon thee? If God poured out His wrath on Christ while He hung as Surety for His people, be assured that He will most certainly pour out His wrath on you if you die in your sins. ... God ‘spared not’ His own Son when He took the sinner’s place, nor will He spare him who rejects the Saviour. Christ was separated from God for three hours, and if you finally reject Him as your Saviour you will be separated from God for ever” (= ) - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 82,83,84.
Bdk. 2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya”.
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar