Oleh Pdt. Dr. Stephen Tong
Yakobus 4:4-10
(4) Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.
(5) Janganlah kamu menyangka, bahwa Kitab Suci tanpa alasan berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!"
(6) Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
(7) Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
(8) Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!
(9) Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita.
(10) Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.
Akhir bulan lalu, kita membahas soal menjadi sahabat Tuhan atau menjadi musuh Tuhan? Saya kira, secara sadar, tidak ada yang berani menjadi musuh Allah, tapi faktanya, saat kita tak hati-hati, kita bisa tergelincir menjadi musuh Allah. Karena ada satu prinsip yang menetapkan kita berada di status itu. Prinsip yang mana? Jika kau bersahabat dengan dunia, secara otomatis, kau menjadi musuh Allah — prinsip yang Yakobus paparkan pada setiap orang Kristen. Jumlah orang yang mengaku diri pengikut Yesus Kristus banyak sekali, tapi yang betul-betul berkenan di hadapanNya sangatlah sedikit. Sama halnya, banyak orang ingin menjadi Presiden, tapi 99.9% dari mereka tak pernah menjadi Presiden. Karena di antara keinginan dan realita terdapat gap yang amat besar, keinginan hanyalah sebuah mimpi, untuk mewujudkannya butuh membayar harga mahal, menempuh jalan yang panjang sekali. Kita ingin menjadi sahabat Tuhan, ingin punya hubungan yang erat dengan Tuhan, tapi kata Yakobus, kalau kau bersahabat dengan dunia, secara otomatis kau adalah musuh Allah — status yang amat mengerikan. Parahnya, saat orang Kristen membaca statemen itu seperti tidak terjadi apa-apa. Karena mereka membaca Alkitab hanya untuk berlomba: siapa yang lebih tahu Alkitab. Celakalah orang yang pengertian kebenarannya hanya stop di kognitif saja, hanya menerimanya sebagai pengetahuan umum saja! Padahal jika kita mengerti dengan penuh kesadaran, dengan rasa takut pada Tuhan, hidup kita akan menjadi berbeda sekali. Karena kalimat-kalimat di Alkitab memang tidak sulit dimengerti, namun di balik statemen itu terkandung kewajiban yang amat berat. Contoh: Yesus berkata pada Petrus, jika kau mengasihi Aku, gembalakanlah domba-dombaKu! Aku mengutusmu bagai domba ke tengah-tengah kawanan srigala. Bisakah kita bayangkan: bagaimana nasib domba itu? Maka barangsiapa mengatakan: aku mau jadi hamba Tuhan; diutus olehNya, bukan sekedar mengenakan jas, disambut dengan baik, melainkan siap untuk dikoyak-koyak oleh kawanan serigala.
Ay.5, tidakkah kamu sadari, Roh Kudus yang ada di hatimu itu cemburu, saat hidupmu tak sesuai dengan kehendakNya. Karena Roh Kudus adalah Roh cemburu yang tidak akan mentolerir dosa. Saat Dia menemukan hatimu menyimpang; tidak setia, Dia akan berduka (Ef.4: 30). Jika kita tahu, kita adalah milik Tuhan, dan Tuhan yang memiliki kita punya rencana atas diri kita, punya standar yang Dia tetapkan bagi hidup kita, menuntut kita setia, tentu kita tidak akan berdosa dengan sesuka hati. Masalahnya, banyak orang berpikir, hari Minggu adalah hari kerja bakti, di mana kita membersihkan semua dosa yang kita tumpuk dari hari Senin sampai hari Sabtu dengan minta ampun padaNya. 500 tahun silam, mimbar gereja sering mengumandangkan statemen "dosamu sudah diampuni". Karena di masa itu, orang Kristen takut dosa mendatangkan hukuman Tuhan atas diri mereka, mereka rindu mendapat jaminan: dosa mereka sudah diampuni. Gereja Katholik pun menawarkan solusi: orang yang ingin dibebaskan dari dosa, harus datang mengakui dosanya secara pribadi pada Pastor, yang kemudian akan membisikkan statemen: dosamu sudah diampuni di telinganya. Mereka melakukannya dan hati mereka merasa lega. Fenomena itu dimanfaatkan oleh gereja Katholik untuk menjual tiket pengampunan dosa: semakin banyak seorang membeli tiket pengampunan dosa, semakin banyak dosanya diperingan. Ajaran yang tidak sejalan dengan Kitab Suci itulah yang merangsang Martin Luther memakukan 95 tesis di gerbang pintu Wittenburg, memprok-lamirkan Reformasi. 100 tahun kemudian, keturunan orang-orang yang menerima doktrin Reformasi, karena salah mengartikan doktrin sola gratia, lalu mementingkan iman, tetapi melalaikan kelakuan, statemen "dosamu sudah diampuni" yang dikumandangkan tiap hari Minggu, membuat hidup orang Kristen yang sudah menikmati kebebasan di dalam Kristus malah tidak bertanggungjawab dalam hidupnya. Karena itu ada ajaran Pietisme: harus hidup suci, punya rasa tanggungjawab pribadi pada Tuhan, perlu lahir baru, sungguh-sungguh ber-iman pada Tuhan, melatih diri dengan disiplin, mengabarkan injil... berkesempatan mem-pengaruhi banyak orang, efek sampingannya: terbentuk gereja kecil di dalam gereja besar, sekelompok orang yang kerohaniannya nampak dari luar mulai menyombongkan diri, menghina orang yang kerohaniannya tidak nampak, dan menyebut mereka sebagai orang Kristen sekuler.
Mari kita mawas diri: apakah hidup kita mengikuti prinsip orang berdosa atau prinsip yang Alkitab tetapkan? Kalau duniawi adalah musuh Allah, apakah kita harus hidup terpisah dari dunia? Tidak. Lalu, apa yang dimaksud dengan duniawi? Definisinya sangat luas, setiap orang punya pandangannya sendiri, Alkitab tak pernah menetapkan orang yang melayani harus mengenakan jas, mengenakan dasi. Lalu mengapa kita mengenakan dasi? Karena tradisi. Lagi pula mengenakan dasi juga tidak salah, bukan? Saya dibesarkan di gereja yang kolot luar biasa, tempat duduk di gereja terbagi menjadi dua: bagian untuk pria dan bagian untuk wanita, suami-isteripun tak boleh duduk berdampingan. Tidak boleh membawa makanan dan minuman, tak boleh memasang layar di gereja, bahkan memutar slide pelayanan di tempat lainpun tidak diizinkan. Orang yang bergabung di team PI. tidak boleh mengeriting rambutnya, ada dua orang dikeluarkan dari team PI hanya karena mengenakan lipstik, mereka dianggap duniawi. Wanita harus mengenakan rok panjang yang polos, sehingga pemudi yang berusia 18 tahun diharuskan mengenakan pakaian yang layaknya untuk orang berusia 80 tahun baru dipandang rohani. Kalau anda ingin tahu, tontonlah film the sound of music, yang mengutarakan dua jenis pendidikan yang sama sekali bertolak belakang: sang Kapten mengharuskan anak-anaknya disiplin, tapi guru mereka begitu lincah, sampai kain kordenpun dia jadikan kostum menari. Apakah orang alim pasti lebih suci? Tidak tentu, yang pasti adalah lebih kaku. Banyak anak yang kelihatannya alim pergi mencari pelacur, bahkan tak sedikit pula orang yang sudah tua mencari pelacur, dan sesudahnya kembali pada tampangnya yang "rohani". Maka duniawi tidak bisa dinilai dari tampang luarnya. Yesus berkata: Yohanes tidak makan, tidak minum, kamu mengatai dia dirasuk setan, Anak Manusia datang makan dan minum, kamu mengatai Dia rakus, suka minum arak. Maksudnya: penilaian orang terhadap rohaniwan bermacam-macam, bahkan ada yang berpendapat, hamba Tuhan tak boleh menggunakan barang bagus. Jonathan Edwards dikucilkan dari gereja, hanya karena isterinya membeli seperangkat sendok garpu perak. Penulis riwayat hidup Jonathan Edward mengatakan: secara tidak sadar, mereka telah mengeluarkan seorang pemikir terhebat di sejarah Amerika. Kali pertama Billy Graham berkhotbah di London, dia membawa serta Ruth, isterinya. Selesai khotbah, seorang wanita yang sangat tua mendatangi dia, katanya: "Dr. Billy Graham, your sermon is excellent, sayang, warna bibir nyonyamu sedikit terlalu merah". Billy Graham dengan sangat sopan menjawab "saya kira, anda perlu sedikit mewarnai bibirmu". Orang selalu mengeritik, kalau kritikannya bukan didasarkan pada konsep Alkitab, kita tak perlu merasa takut. Memang, kita tak boleh menjadi sahabat dunia, tapi siapa sih sahabat dunia? Orang yang sengaja hidup di dalam dosa, tak mau mentaati perintah Tuhan. Dunia ini penuh dosa, kita perlu memilah-milah: mana yang boleh kita lakukan, mana yang tidak boleh kita lakukan. Misalnya: korupsi, berzinah itu dosa, bukan mengategorikan pakaian model seperti ini rohani, pakaian model itu duniawi. Tentu saat memilih pakaian ada hal-hal yang perlu diperhatikan, seperti jangan terlalu tipis, terlalu pendek, terlalu ketat...., hati yang bersih, tangan yang bersih, pikiran yang bersih, motivasi yang bersih jauh lebih penting dari pada patokan-patokan manusia. Jadilah sahabat Tuhan.
Bagaimana kita bisa bersahabat dengan Tuhan? Jangan membuat Roh Kudus berduka atau cemburu; cemburu ilahi, seperti yang Paulus katakan di 2 Kor., cemburuku padamu bagai cemburu Ilahi, karena aku telah menjodohkanmu dengan Kristus, Pengantin pria, hendaklah kamu setia padaNya. Jangan sampai tergoda oleh ular dan hilanglah hatimu yang simplicity; sederhana: hanya mengarah pada satu arah, tidak bercabang hati — tanda dari kesucian hatimu.
Blessed are those who are pure hearted, karena mereka akan nampak Allah dengan mata rohani mereka — khotbah Yesus di Mat. 5. Bagi Soren A. Kierkegaard, a pure hearted man is a one hearted man, hanya punya satu arah, hanya hidup untuk Tuhan, hanya memuliakan Dia, hanya memperkenan Dia. Jadi, suci bukan merupakan kuantitas yang bisa ditambah-tambah, melainkan suatu kualitas yang hanya punya satu arah: seluruh hidupnya hanya untuk Tuhan, selanjutnya semua kuanitas kesucian hidup pun dia miliki. Tuhan menjadi nahkoda yang membawa dia keluar dari segala godaan, berjalan di dalam rencana-Nya yang kekal. Begitu simple, one hearted, one direction, one Lord, one eternal planning to delight Him.
Setelah kita memahami ayat-ayat ini, tentu tidak sulit lagi untuk memahami bagian selanjutnya: harus memihak. Memang tidak gampang, butuh keberanian yang besar. Karena saat kau memihak, kau harus siap hati untuk dijadikan musuh oleh pihak lawan. Kata Martin Luther, rasio adalah pelacur. Saat kau mendengar seorang menyampaikan ideologi yang self sufficient, kau menyimpulkan: betul. Tapi saat kau mendengar pihak lawan memaparkan fakta-fakta yang cukup, kau menganggap dia juga betul. Saat orang lain memberikan pandangan umumnya: it is not possible, that everything is right. kau merasa dia juga betul. Itulah orang yang tidak berpendirian, berusaha menyenangkan semua pihak. Di PL tertulis: mereka pergi ke decisive valley yang terletak di tengah-tengah dua buah gunung, dan menetapkan untuk maju atau mundur, tak ada jalan lain.
Ada kalanya Tuhan mengizinkan kesulitan besar menimpa kita, mendesak kita menyatakan pendirian. Orang yang tak berpendirian mudah diombang-ambingkan oleh angin. Sebelum Musa mati, dia menantang orang Israel: apa yang kau kehendaki, mau terus setia pada Tuhan atau tidak? Biar langit dan bumi menyaksikan ketetapanmu hari ini. Saat Yosua tua, katanya pada orang Israel, aku dan keluargaku pasti menyembah Yahweh. Jangan kamu bercabang hati, meneladani orang kafir menyembah berhala. Eliapun pernah berseru di gunung Karmel. Jika Yahweh adalah Allah, sembahlah Dia! Jika Baal adalah Allah, sembahlah dia! Sampai kapan kamu terus bercabang hati? Selain ketiga tokoh itu, Yakobuspun berseru: berpihaklah pada Tuhan dan lawanlah setan (ay.7-8). inilah sebuah tantangan berat, mengajak kita menyatakan setia pada Tuhan, tidak lagi ditipu oleh dunia yang fana. Barangsiapa menyerahkan hidupnya untuk kerajaan Tuhan, meski dia mati, akan dipelihara sampai selama-lamanya. Tapi barangsiapa mencintai diri, tak mau berkorban bagi Tuhan, dia akan kehilangan nyawanya. Itulah ajaran yang Tuhan Yesus berikan. Mengapa kita takut bermusuhan dengan setan, tapi saat kita secara tidak sadar telah bermusuhan dengan Allah, kita tidak merasa takut? Hanya satu sebab: kita menganggap setan itu ganas, sementara Allah, penuh cinta kasih. Hari ini, biarlah kita menetapkan: apapun yang terjadi, tetap berdiri di pihak Tuhan dan melawan iblis.
Ayat 7b, kekuatan yang besar, yang membuat setan takut telah Allah karuniakan pada kita. Setan memang tidak takut padamu, tapi dia pasti takut pada Tuhan yang ada di dalammu, amin? Peribahasa Tionghoa : hu jia hu wei ; kisah 2.500 tahun lampau, di zaman Kong fu zu: suatu hari, seekor harimau yang lapar bertemu seekor serigala, saat dia mau memangsanya, serigala yang licik berkata, sorga telah memandatku menjadi raja rimba. Kalau kau tak percaya, ikutlah denganku dan lihatlah, adakah binatang yang tak takut padaku. Sungguh, ke manapun si serigala berjalan, semua binatang lari terbirit-birit. Karena mereka takut pada harimau. Waktu saya kecil, seorang pendeta membawakan satu cerita yang lucu sekali: suatu hari, setan mengetuk pintu sambil berseru: "ayo buka pintu!" "siapa kau?" "setan" "Tunggu" "cepat buka pintunya" orang itu masuk ke biliknya yang terdalam dan berseru: Tuhan, setan mengetuk pintu, tolong bukakan pintu" Setan mengetuk pintu dengan tidak sabar, tapi saat Yesus membuka pintu, katanya, maaf, salah nomor. Diapun lari tunggang langgang. Tunduklah pada Tuhan, lawanlah iblis, dia akan lari dari padamu. Inilah janji Allah bagi orang Kristen yang berdiri di pihakNya, yang tunduk padaNya. Itulah prinsip saya melayani Tuhan selama 48 tahun: hanya takut pada Tuhan, tidak takut pada Presiden, Paus, Jenderal, orang kaya.... siapapun, karena mereka hanyalah manusia, dan Tuhan mengutus saya untuk berbicara pada manusia.
Mengapa Elia begitu berani terhadap Ahab, mengapa Sadrakh, Mesakh, Abegnego tak mau berlutut pada berhala? Karena lutut mereka sudah dipakai untuk berlutut di hadapan Allah Pencipta langit dan bumi, mereka tak akan berlutut pada obyek lain. Iman mereka lebih kuat dari emas murni. Meski Sadrakh, Mesakh, Abednego dilempar ke dapur api yang panasnya 7 kali lipat dari dapur api biasa, namun waktu mereka keluar dari sana, tidak berbau hangus barang sedikitpun. Ada banyak orang yang melayani Tuhan, setelah melewati sengsara, bau sengsaranya tercium ke mana-mana, tapi mereka bertiga, meski melewati sengsara tak tercium bau sengsaranya, mereka berhasil mencapai kemenangan total: begitu rela berkorban bagi Tuhan, tak ingin memuliakan diri barang sedikitpun. Jangan takut melawan iblis. Saya melatih iman begitu rupa, dan Tuhan memberkati orang yang bodoh ini. Waktu saya baru menjadi penginjil di Surabaya, anak sekolah minggu yang diserahkan pada saya adalah 17 orang, di dalam 4 tahun, berkembang menjadi 1750 orang. Kami tak bisa menunggu orang membawa anaknya ke sekolah minggu di gereja, orang Kristen harus membuka ruang tamunya bagi anak-anak di sekitar rumahnya, sayapun mendirikan 25 buah pos PI untuk anak-anak. Di pos PI pertama terkumpul 75 orang anak, orang di sekitar minta kami tidak menginjili anak-anak, mengancam akan hancurkan rumah itu. Tapi kata saya "teruskan, tak perlu takut. Karena Alkitab mengatakan, jangan takut, percaya saja". Saya menghadap ke departemen agama, kata pejabat di sana, kalau mereka menuntut untuk menutupnya, suruh mereka menulis surat. Saya menyampaikan pada mereka, sampai hari ini, 30 sudah berlalu, surat mereka tak kunjung datang. Jangan takut, kalau kau takluk pada Tuhan, lakukanlah hal yang benar dengan iman yang mengandung keberanian.
Ay. 8b-9, tak ada catatan lain di Alkitab yang mengajak kita membersihkan diri dan mengubah sukacita menjadi dukacita; berdukacita bagi dosa kita, suatu ajakan untuk mengoyak-ngoyak hati, bukan untuk mengoyak-ngoyak baju, agar kita membersihkan diri dan sungguh-sungguh berpaling pada Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita, menjadi orang yang berdiri di pihak kebenaran dengan setia, tunduk pada Tuhan, berani melawan iblis.
Sumber : http://foodforsouls.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar