Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus. (Filipi 3:7-8)
Selasa, 17 Agustus 2010
Orang Bijak menurut Kitab Amsal (Intro)
Intro
Pola berpikir bijaksana adalah suatu hal yang sangat mahal saat ini. Banyak orang berlomba-lomba untuk memiliki pola pikir bijaksana dengan cara mengikuti studi disertai dengan membayar harga yang sangat mahal diberbagai institusi yang mereka pandang berbobot dan berkualitas. Namun banyak juga orang yang tidak memiliki uang yang memadai sehingga mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan akademis yang memadai. Tetapi apakah pendidikan yang diterima secara akademis adalah jaminan dapat membuat seseorang menjadi bijak ? Belum tentu itu semua tergantung bobot pendidikan yang mereka terima dan itu juga bergantung pada kualitas para pendidik mereka. Didalam pengamatan saya, saya melihat banyak anak-anak muda sekarang yang selama mengikuti studi di bangku SMU dan Perguruan Tinggi tidak dapat melihat visi dan misi dari pendidikan yang dia tempuh, yang mereka pikir hanya lulus, hanya gelar tanpa menyadari visi dan misi pendidikan mereka yang tempuh. Setelah lulus, seumur hidup tidak mau belajar baik-baik. Inikah yang disebut kaum intelektual yang bijaksana ? Tidak. Saya cenderung untuk menyebutnya sebagai korban visi dan misi dari orang lain.
Apakah orang yang tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan tinggi juga tidak dapat memiliki pola berpikir bijaksana ? Belum tentu. Hal ini bergantung pada standar yang mereka gunakan. Kalaupun menjadi bijak, apakah standar mereka untuk mengatakan bijak ? Apakah Kitab Suci ? ataukah pemikiran-pemikiran lain diluar Kitab Suci ? Pada umumnya, kebanyakan orang sering menggunakan filsafat-filsafat yang tidak berdasarkan Kitab Suci untuk menjadikan dirinya menjadi ”bijak”.
Artikel ini akan mengupas bagaimana seseorang berpikir bijaksana sesuai dengan standar Kitab Suci. Artikel ini tidak membedakan (konsep Dikotomi) antara kebenaran Allah pada wahyu umum dan wahyu khusus karena segala kebenaran adalah milik Tuhan Allah, respon yang benar terhadap realita ini adalah setiap orang percaya harus menuntut dan mencari kebenaran dibawah pimpinan Roh Kudus baik didalam wahyu khusus dan didalam wahyu umum. Dan membentuk konsep wawasan berpikir Kristen dengan menggunakan Kitab Suci sebagai satu-satunya Standar, untuk mengelola wahyu umum yang telah Tuhan percayakan kepada kita. Konsep berpikir Kristen inilah yang akan coba ditekankan pada artikel ini, khususnya tentang konsep orang bijaksana menurut Kitab Suci, lebih khusus lagi artikel ini akan mengangkat konsep berpikir dan berkarakter Kristen menurut Kitab Amsal.
(bersambung)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar